Kamis, 29 Desember 2011

JKT-BDG PP ( JAKARTA BANDUNG PULANG PERGI)

SAT 26.11.2011



Artwork dapat diartikan sebagai sesuatu yang digambarkan untuk menuangkan suatu imaginasi para seniman dalam karyanya. Suatu pameran atau wadah untuk memperlihatkan karya artwork nya, maka seniman Jakarta dan Bandung berkumpul bersama secara pulang pergi Jakarta–Bandung. Pulang dan pergi sama-sama diawali huruf “P” mereka dapat bertukar-tukar. Berbondong-bondong warga Bandung datang ke Jakarta untuk mengejar mimpinya. Sebaliknya, warga Jakarta balik memadati Bandung untuk tidur dan bermimpi. Salah satu yang menjadi tuntutan bagaimana akses kedua kota itu terhubung, maka mereka memangkas jarak tempuh melalui Puncak dan Sabang.
Enam belas seniman Bandung-Jakarta, lintas media, lintas jarak yang terkumpul dalam pameran Jakarta-Bandung. Pulang Pergi ini mencoba bercerita melalui karya dan kesaksian pendek mereka. Masing-masing membawa kesan personal yang bisa jadi mempunyai kemiripan dengan kesanmu sendiri.
Kali ini seniman Bandung yang bertandang ke Jakarta, berletak dibilangan Kemang Jakarta Selatan, Dia.lo.gue.artspace yang juga menjadi salah satu tempat wadah seniman menyalurkan karyanya. Beberapa seniman yang menuangkan karyanya lewat artwork yang keren dengan imaginasi yang mumpuni seperti Andi Rharharha, Aditya R. Pratama, Ary Buy Shandra, Ageng Purna Galih, Ario Kiswinar, Adityo Cahyo Saputro, Billyanjing, Dave Syauta, Diandra Galih, Lutfi Anwar, Rege Indrastudianto, Ritchie Ned Hansel, Ricki Janitra, Saleh  Husein, Sir Dandy, William W. Waluyo dan Ykha Amelz. 
Selain pameran, acara ini juga menampilkan band seperti Cliffhangers. Band yang ter-influence Led Zepplin atau band-band rock old school ini bermain dalam format akustik. Acara yang sangat ramai dipenuhi kalangan muda yang suka akan kesenian. Acara ini akan berlanjut lagi  mungkin di Jakarta atau di bandung. Dan jika ingin tahu acara selanjutnya bisa follow on twiter @dialogue_arts atau facebook.com/dialogueartspace. Cheers ;)

Written  by Raka Aji Saputra

L.A TERUSIK TRAXKUSTIK ALL STAR YEAR END PARTY EDITION

    

      Untuk mengakhiri akhir tahun 2011 ini, 101.4 Trax FM Jakarta bekerja sama kembali dengan L.A Lights menyelenggarakan acara yang bertajuk L.A Terusik Traxkustik All Star Year End Party Edition. Dengan tema Year End Party Edition, event ini terbilang sangat sukses untuk menghibur Anak Trax atau Trax Troopers pada malam itu.
     Acara yang diadakan pada Selasa, 20 Desember 2011 di Rolling Stone Café Indonesia, Jakarta itu, dimeriahkan oleh NAIF, Maliq and D’Essentials, 21st Night, Sir Dandy, RAISA, Pure Saturday, Voiceless and Soulastic, Aerob, Buronan Mertua, Akira and Astronaughty, PAL/NTSC. Serta dipandu oleh penyiar-penyiar dari Trax FM Jakarta yaitu Joey & Buluk; Ichsan & Jodiye; Jimi, Ocha, & Ryo; dengan host Aldy & Derry.
     Di edisi L.A. Terusik Traxkustik All Star Year End Party Edition ini juga menghadirkan komunitas serta games untuk anak Trax. Diantaranya adalah Komunitas IPhonesia, Indonesia Chip Tunes, dan Indonesia Beatbox.
     Jam menunjukkan pukul 1 siang, suasana diluar Rolling Stone Cafe sudah mulai diramaikan oleh Anak Trax dan mereka pun masuk menuju stage. Acara pun dimulai dengan penampilan dari Percusion Payon berpersonil 5 orang yang berasal dari Jawa Tengah.
     Setelah itu, giliran Aerob Band yang naik panggung. Band yang personilnya berjumlah 4 orang ini memainkan 3 lagu yang ber-genre pop. Setelah Aerob selesai, giliran Buronan Mertua langsung menggebrak panggung dengan music rock “cadas”. Tiga lagu seperti Dewan, Crowded, dan Berapi-Api sukses mereka bawakan. Khusus di lagu Dewan yang dimainkan secara acoustic, mereka mendedikasikannya untuk sahabat mereka, Sondang Hutagalung (mahasiswa UBK yang bakar diri). Penonton pun dibuat terpukau dengan performance mereka, dan tak lupa mereka juga membagikan CD album mereka ditengah-tengah perform.
     MC Buluk & Joey naik panggung dan memanggil komunitas iPhonesia. Menjelang ashar, sebuah band bergenre pop jazz yang memiliki vokalis seorang wanita cantik pun ambil bagian, yaitu VNS (Voiceless and Soulastic). Band berpersonil 6 orang ini semakin memanaskan suasana yang terus dipenuhi oleh anak Trax yang mayoritas adalah anak-anak ABG fans VNS. Yang membuat unik dan berbeda dari VNS adalah para fans mereka melakukan flash mob dan shuffle dance ditengah lagu VNS. Mereka membawakan 4 lagu yang salah satunya meng-cover Maroon 5 – Moves Like Jagger.   
     Setelah VNS selesai, host Derry & Aldy memandukan acara games sembari menghibur anak Trax dengan kekonyolan mereka. Games dengan hadiah souvenir dari Lea Jeans ini mengajak 5 anak Trax yang tidak memakai celana jeans untuk melakukan gerakan shuffle dance. Performance selanjutnya datang dari NTSC yang bergenre alternative rock dengan lirik berbahasa Inggris. Band yang beranggotakan 4 orang ini membawakan 8 lagu di Terusik Traxkustik sore itu. Namun penampilan NTSC tidak disambut positif oleh penonton, karena lagu-lagu mereka yang mungkin tidak familiar di telinga anak Trax dan karena terlalu lama berdiri.
     Malam pun tiba, crowd Traxkustik pun sangat sesak dipenuhi oleh anak Trax yang ingin melihat penampilan dari solois cantik pendatang baru di industri musik Indonesia. Yup, dia adalah Raisa. Penonton yang mayoritasnya dipenuhi oleh laki-laki malam itu dimulai oleh Raisa dengan meng-cover 2 lagu yang salah satunya dari Maroon 5 ~ Harder to Breathe. Penonton pun bersorak dan ikut bernyanyi ketika Raisa menyanyikan Apalah Arti Menunggu dan single-nya Serba Salah.
     MC Jimi, Rio, dan Ocha naik panggung untuk memanggil band berikutnya yang baru saja mengganti sang vokalis, yaitu TwentyFirst Night yang disambut riuh oleh para wanita. Band yang diproduseri oleh Widi ‘Maliq & D’esentials’ ini membawakan lagu-lagu seperti Tergila, Tenang, Terbaik Untukmu, Selamanya Indonesia, dan meng-cover Don’t Let Me Down milik The Beatles. Setelah TwentyFirst Night selesai, penonton diajak cooling down dengan penampilan dari komunitas Indonesian Chiptunes.
     Malam semakin larut, namun anak Trax tidak ada yang beranjak pergi sedikit pun dari Rolling Stone Café Indonesia. Anak Trax kini semakin terhibur dengan penampilan dari Sir Dandy yang langsung dibuka dengan lagu Gibson atau Epiphone. Dengan lirik-lirik yang humoris di lagu Anggur Merah, Juara Dunia, Jakarta Motor City, Lagu Itu, dan Sekdrag, penonton dibuat tertawa terbahak-bahak. Setelah Sir Dandy, kini giliran komunitas Indo Beatbox unjuk gigi di L.A Terusik Traxkustik All Star. Anak Trax dibuat terdiam dan berdecak kagum dengan kehebatan permainan “mulut” memainkan suara seperti helikopter, tegukan air, dll.
     Suasana di Traxkustik All Star yang penuh sesak semakin menjadi karena Pure Saturday langsung menggebrak dengan lagu Siklus. Sebagai salah satu band yang paling ditunggu oleh anak Trax, mereka membawakan lagu Sepanjang Waktu dan Lagi. Lagu Horse Man dari next-album mereka juga tidak lupa mereka mainkan. Setelah itu, mereka turun panggung pertanda bahwa lagu tersebut adalah lagu terakhir. Terdengar teriakan beberapa penonton “We Want More! We Want More!” meminta band asal Bandung ini bermain lagi. Dan akhirnya Pure Saturday naik kembali dan memainkan request dari anak Trax, yaitu Kosong.
     MC Jodiye & Ichsan naik untuk membagikan hadiah kuis twitter berupa iPad 2 dan liburan ke Bali. Dilanjutkan dengan games dari Gombal Warming yang dipandu oleh host Derry & Aldy. Acara kemudian dimeriahkan penampilan dari Naif, yang membawakan 9 lagu diantaranya adalah Air & Api, Mobil Balap, Kontak Jodoh, dan Karena Kamu Cuma Satu. Penampilan yang sangat menghibur Anak Trax malam itu di akhiri oleh David Naif yang tiba-tiba membuka bajunya dan semakin membuat para wanita berteriak histeris.
     Tak terasa waktu hampir tengah malam dan Maliq & D’essentials pun ikut ambil bagian memeriahkan L.A. Terusik Traxkustik All Star dengan membawakan 10 lagu yang diaransemen diberi sentuhan disco. Diantaranya adalah Free Your Mind, Terdiam, Dia, Menari. Pada lagu Funk Flow, mereka me-medley dengan Heaven. Penampilan yang sangat apik dengan balutan koreografi di setiap lagu yang mereka bawakan, membuat anak Trax ikut bernyanyi dan menari mengikuti alunan musik mereka. Di akhir penampilan, mereka memainkan Terlalu yang sekaligus menutup L.A Terusik Traxkustik All Star Year End Party Edition tahun ini. Semoga tahun depan acara ini bisa diadakan lagi!!    
                        
Foto foto Traxkustik All Star:















   
Written : Achmad Trianto



JAKARTA ROCKABILLY PRESENT ROCKUMENTARY

Para Komunitas pecinta rockabilly di Jakarta yang selalu berkumpul secara rutin di Galery Nasional membuat suatu gigs yang bertema Rockumentary. Acara ini sudah kesekian kalinya dibuat oleh anak-anak Jakarta Rockabilly namun dengan tema yang berbeda disetiap acaranya. Bertempat di Marley Bar pada tanggal 16 Desember lalu, dengan bergaya rambut disisir kebelakang berjambul dan kemeja dimasukan serta celana bahan beagy yang digulung mereka bersatu. 
Acara Rockumentary ini berlangsung sekitar pukul 08.00 malam dengan tema Rockumentary alias Rock Dockumentary. Dibuka oleh screening movie tentang musik indorock yaitu “Rockin Ramona”, Indorock di Belanda, dimana para musisi berdarah Indonesia yang hijrah ke Belanda dan mengibarkan musik rock seperti The Tielman Brother dan yang lainnya.
Setelah penayangan tersebut tentang indorock, MC pun beranjak ke depan lalu menjelaskan acara ini dan memanggil 2 personil That’s Rockafeller untuk menjelaskan tentang Indorock. Sedangkan di stage, band asal Jakarta Indische Party yang ternyata sang gitaris adalah Kibil dari band New Wave The Upstairs sedang bersiap-siap. Band yang bergenre garage rock ini sangat asik untuk berdansa di depan. Uniknya, ketika kita melihat kebelakang drum dimana seorang wanita cantik yang energik memainkan drumnya dengan hentakan sekeras musiknya. 
Lanjut penampilan dari band yang personilnya merupakan 2 member dari band terkenal Jakarta, Superglad, yaitu Buluk dan Giox membuat side project dengan bermain bersama pada Cilaka 12. Buluk sebagai vocal dan guitar sekaligus kakinya men-kick drum dan Giox sebagai bass dengan memainkan lagu-lagu rockabily dan ditutup dengan lagu "masturdanmbasi". 
Berikutnya penampilan band dari Jakarta, band yang sudah lama beredar tetapi sudah jarang tampil. Dengan sentuhan musik rock yang liar dan kental, inilah That’s Rockafeller. Dan mereka pun memainkan instrument musik rock yang dibuka oleh lagu “The Black Eyes”. Meski tanpa kehadiran sang vokalis, tapi mereka tidak berubah dan tetap liar. That’s rock men!
Mc pun maju ke depan lagi dan memberi tahu tentang komunitas rockabilly dari tempat berkumpulnya di Galeri nasional serta link social medianya. The Black Phinisi pun sudah bersiap-siap di stage. Band yang tediri dari 7 orang personil yang masing masing dengan instrumen alat musik yang berbeda dan dijadikan satu menghasilkan musik yang beda dan tidak membosankan. Gimmick yang mereka tampilkan layaknya Bajak Laut seperti Johnny Depp pada film Pirates of Carribean pun hadir sebagai pemain harmonika di band ini.
Waktu semakin malam dan crowd pun semakin ramai, Karon n Roll band yang cukup terbilang oldschool sekarang tampil di Rockumentary. Sangat istimewa, suguhan yang kental dengan vocalist yang memainkan suara-suara distorsi dengan cara mencabut jact gitar dan ditiup-tiup membuat suara yang muncul menjadi distors rock. Dan acara ini ditutup oleh penampilan dari Old Paper. Dengan alunan goyangan sang vokalis yang memainkan gitar serta sexophone-nya melengkapi malam rockabilly di acara itu.


Foto foto Rockumentary Jakarta Rockabilly:


























Written by Raka Aji Saputra
Photos by Hardiman Widja Seno

MENGENANG 40 HARI SANG LEGENDA

    Kamis, 10 November 2011, menjadi hari yang berkabung untuk semua musisi rock tanah air. Salah satu musisi legend milik Indonesia yang pernah mengibarkan bendera Indorock di Belanda, Andy Tielman dari The Tielman Brother tutup usia.
     Andy adalah musisi berdarah Indonesia yang lahir di Makassar pada 30 Mei 1936 yang kemudian hijrah ke Belanda di tahun 50-an. Banyak anak muda yang tidak mengenal sosok dia saat ini, namun nama dia menjadi legend di dunia karena dialah yang membuat akar dari musik rock dengan cara memainkan musik dengan style-nya seperti memainkan gitar dengan kaki, diangkat angkat, serta mengigit-gigit senar jauh sebelum Jimmi Hendrik melakukannya. Bahkan The Beatles sendiri mengakui jika mereka terpangaruh musik The Tielman Brother.
     Andy Tielman sendiri pernah bermain di Indonesia saat pergelaran Festival Jakarta Rock Parade, yang ketika itu Ia berkolaborasi dengan musisi seperti Awan dari Sore, Emil dari Naif, dan juga David Tarigan.
     Untuk mengenang sang legenda, dalam 40 harinya, Rumah Film mengadakan acara pada tanggal 13 Desember 2011 bertempat di Binus Senayan. Acara ini menampilkan screening tentang Indorock seperti penayangan Film Rockin Ramona dan juga dokumenter Film Andy Tielman ketika tinggal di Belanda.
     Acara yang awalnya dimulai pada pukul 5 sore, sempat diundur karena hujan yang deras dan pemutaran film baru dimulai sekitar pukul 5.30 sore. Bertempat di suatu ruang kelas dengan lampu dimatikan, screening film Rockin Ramona bercerita tentang asal muasal Indorock di Belanda. Band-band seperti Crazy Rockers dan The Tielman Brother turut andil dalam film tersebut. Penonton sendiri sangat terhibur terutama ketika mendengar backsound yang ada di film tersebut. Ada juga film dokumenter dari Eky yang menceritakan tentang sesosok Andy Tielman yang hidup di Belanda, mulai awal bersama bandnya The Tielman Brothers dan juga bersama keluarganya.
     Diskusi tentang Indorock juga terjadi bersama Denny Sakrie dan Awan Garnida. Awan dari Sore menceritakan tentang bagaimana Indorock bisa Hijrah ke Belanda dan pengamat musik Denny Sakrie juga menjelaskan Indorock dan menceritakan bahwa Andy Tielman yang memang asli orang Indonesia bagian timur, yang suka memainkan musik hawai. Dan saat itu Andy lebih memilih hijrah ke Belanda karena musiknya akan diterima disana.
     Diakhir acara, Awan memperkenalkan sebuah band yang mengusungkan kembali Indorock, mereka adalah The Time Travellers. Sebagai penutup, beberapa lagu cover dari The Tielman Brother dan lagu mereka seperti The Black Eyes dan Keramat Lontar sukses mereka bawakan.


Foto foto Mengenang 40 hari wafat Andy Tielman :







Written by Raka Aji Saputra

ROCKIN' STAGE 2011


Perpaduan antara musik dan photografi itu sangat sulit untuk dipisahkan. Dimana ada suatu band yang bermain pasti akan ada yang mengabadikannya dalam sebuah kamera. Stage ID dan Kultur Blender mencoba untuk menyajikannya dalam bentuk pameran yang dimulai dari tanggal 28 November 2011 hingga tanggal 4 Desember 2011 yang bertempat di teater Taman Ismail Marzuki, Cikini. Acara yang menampilkan foto-foto stage para photographer konser, baik amateur maupun profesional dalam waktu yang tidak ditentukan. Yang menarik, adanya foto Festival Woodstok di pameran tersebut. Selain itu, acara yang bertema Rockin Frame ini tidak sekedar menampilkan pameran foto saja, tetapi juga seminar tentang HAKI sebelum pembukaan pameran berlangsung.
Pada tanggal 3 Desember 2011 nya, giliran band-band lokal untuk unjuk gigi dengan tema Rockin Stage. Favourite Sin, Kebunku, No Talent, Easy Tiger, Amazing In Bed, Suri, FABLE, Kripik Peudeus, Ray D’Sky, The Brandals dan Superglad sukses membuat malam itu menggila. Penampilan yang sangat berbeda dari biasanya terjadi dari beberapa band, seperti Easy Tiger yang berduet dengan vokalis No Talent, serta Amazing In Bed dengan vokal Maya yang bermain gitar pada lagu Huru Hara menambah riot acara itu.
Band Suri juga mengatakan tidak ingin berhenti bermain jika vokalisnya belum puas dengan penampilannya. Suri sendiri meng-cover lagu Pelacur Tua yang dibawakan oleh Ahmad Albar dengan gila. FABLE juga menghentakan crowd malam itu dengan karakter suara Rock dari Cumi dan dilanjutkan dengan band yang sangat atraktif seperti orang kepedesan, mereka adalah Kripik Peudeus. Uniknya dipenampilan mereka adalah dengan membagi-bagikan kripik ketika mereka manggung. Band Reggae Ray D’Sky juga seakan tidak mau kalah dari band sebelumnya. Dengan musik ala Jamaica, mereka membuat penonton bergoyang bebas.
Giliran berandalan ibukota untuk tampil, The Brandals yang menghajar Rockin Stage dengan lagu-lagu dari album terbaru mereka DGNR8 seperti Awaz POLIZEI!!!, Start Bledding, serta Perak. Terlihat juga beberapa photographer dengan kaos kuning di sekitar stage yang ternyata mereka adalah peserta lomba photo stage yang akan diumumkan besok pada saat closing acara. Dan acara malam itu ditutup oleh Superglad yang membuka penampilan mereka dengan lagu Peri kecil dan para Superhero (fans Superglad) pun dibuat sing a long together. Walaupun banyak acara yang bersamaan disana, tapi Rockin Stage-lah yang membuat panas dan berisik.
Awesome guys @StageID. Cheers


Foto Foto Rockin Stage X Rockin Frame Stage ID












Written by Raka Aji Saputra
            Photos by Hardiman Widja Seno


Jumat, 16 Desember 2011

THE ADVENTURE OF TINTIN 3D




“I'll not be doubted by some pipsqueak tuft of ginger and his irritating dog. I am master and commander of the seas!”
Captain Haddock, The Adventures of Tintin (2011)

Siapa tidak mengenal Tintin? Tokoh ciptaan karya Herge (George Remy/GR, dibalik menjadi Herge) ini sudah menjadi legenda dalam dunia novel grafis. Baru-baru ini penggemar Tintin di seluruh dunia dimanjakan dengan film tokoh wartawan cerdik ini yang berjudul “The Adventures of Tintin”, film besutan sutradara Steven Spielberg ini mengambil cerita dari tiga buku petualangan Tintin; The Crab with the Golden Claws, The Secret of the Unicorn dan Red Rackham's Treasure. Jamie Belal juga digadang untuk memerankan Tintin menggunakan teknologi motion-capture dalam film ini.

Walau sekuat tenaga film ini berusaha netral dan tidak menambahkan keinginan dari produser (Peter Jackson) maupun sutradara tetap saja film ini kurang mengena bagi para penggemar Tintin. Bagaimana tidak, dalam komik aslinya Herge menggambarkan Tintin dengan wajah bulat, dua titik hitam sebagai mata dan segaris tipis menjadi mulutnya. Dalam menit-menit pertama film mengalun, penonton langsung disajikan Tintin “baru” yang memiliki ekspresi, sorot mata dan bentuk mulut yang lebih dari sekedar guratan garis. Herge sengaja menggambar sosok Tintin dengan tidak sempurna agar siapa saja bisa memproyeksikan dirinya  dengan sang wartawan cerdik tersebut, wajah Tintin (oleh Herge) dibuat nertal agar bisa mewakili pembaca dari ras, etnik maupun ideologi manapun. Penggemar Tintin manapun pasti perlu melakukan adaptasi dengan Tintin versi film yang sangat kaukasoid. Tintin yang berlaga dalam film bedurasi 107 menit tersebut menjadi kurang “Tintin”, penggemar pun sedikit kecewa.

     Kekecewaan juga kurang bisa terobati dengan tingkah polah Thopson dan Thomson (dengan dan tanpa ‘P’) yang diperankan oleh Simon Pegg dan Nick Frost, dengan keluguan yang tidak tersampaikan, lelucon mereka terdengar garing dan dibuat-buat. Tingkah dari Captain Haddock (Andy Serkis) yang sudah menarik minat saya dalam kemuculan awalnya, memang kata-kata makian khas Captain Haddock di komik jarang terdengar (seperti “sejuta topan badai” dan “biang”), namun Serkis memerankannya seapik Ia memerankan Gollum dalam The Lord of the Rings. Dibawanya sifat Captain doyan minum ini dengan komikal, pemarah tapi baik hati, dan selalu denial dengan kebiasaan minumnya, justru tokoh inilah yang memberi warna bagi film ini. Entah bagaimana film ini tanpa Andy Serkis, atau entah bagaimana Tintin tanpa Captain Haddock. Pada akhirnya film ini memang cukup menghibur, namun perlu diperhatikan bahwa film memiliki logikanya sendiri dan logika tersebut memaksa kita mengubur tokoh Tintin dalam komik dan menerima tokoh Tintin dalam film ini. Selamat menonton!


Written : Trikusuma Wardhani

SPEAKFEST 2011

    Club SPEAK (Suara Pemuda Anti Korupsi) kembali mengadakan perhelatan akbar bernama SPEAKFEST, yang bertujuan untuk menyuarakan Anti Korupsi dan bahayanya korupsi pada generasi muda. Untuk kedua kalinya SPEAKFEST ini diadakan, bertepatan dengan hari Anti Korupsi yang jatuh pada tanggal 9 Desember 2011, dan acara puncak yang diadakan pada tanggal 10 Desember 2011 di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan.
    Dengan tema “BERANI JUJUR, HEBAT!!”, SPEAKFEST tahun ini mengadakan pertunjukan seni dan konser musik dari band-band yang aktif menyuarakan kepeduliannya kepada isu sosial. Di serangkaian pre-event, diadakan juga kompetisi untuk mereka anak muda yang ingin berkarya, mulai dari Vidio PSA, Kompetisi Debat, dan E-Wallpaper.
    Acara yang dimulai dari siang hari ini sudah ramai oleh anak muda dan warga sekitar yang juga ingin menyaksikan acara tersebut. Band-band seperti The Trees And The Wild, Bangku Taman, Respito, Anda Perdana, dan J-Flow membuka acara dengan antusias.
    Pada pukul 3 sore, langit Jakarta yang awalnya membakar mulai berganti dengan sekumpulan awan mendung yang perlahan menghampiri lokasi. Namun seperti tidak peduli, acara ini tetap berjalan dengan meriah. Apalagi yang tampil saat itu adalah seniman ibukota asal kota Kembang, Sir Dandy. Bersama dengan beberapa teman musisinya, ia membawakan lagu dengan lirik dan tema yang jujur, lugas, dan sangat apa adanya. Di lagu Jakarta Motor City, Sir Dandy sempat mengatakan, “ini adalah untuk kalian yang menjadi korban sistem tranportasi yang gagal!”. Terbilang sekitar 6 lagu ia mainkan.
    Ketika Efek Rumah Kaca tampil, antusias penonton semakin menjadi dengan melihat ramainya bagian depan panggung. Dengan tanpa sang Basist, Adrian, kekuatan Efek Rumah Kaca diatas panggung tidak berkurang sama sekali. Membawakan lagu andalan seperti Desember, Di Udara, Debu-Debu Berterbangan, dan juga lagu baru mereka “Hilang” yang didedikasikan untuk korban tragedi Mei ’98.
    Menjelang maghrib, acara sempat terhenti hingga satu jam lebih karena turunnya hujan. Hingga sekitar pukul setengah delapan malam, MC yang dipandu oleh Andari dan Marsha akhirnya naik ke atas panggung dan dengan sangat menyesal mengumumkan bahwa acara harus dihentikan karena beberapa hal yang tidak memungkinkan. Sebagai penutup, beberapa band yang belum tampil seperti MORFEM, BRNDLS, dan ROOTS masing-masing perwakilan memberikan semangat untuk tetap menyuarakan Anti Korupsi. Bersamaan dengan itu pula, sebelumnya diberitakan bahwa Nunun Nurbaeti yang menjadi buron beberapa  kasus korupsi tertangkap. Semoga ini adalah jawaban dari doa kita semua yang secara tidak langsung telah menjadi korban para tikus-tikus kantor disana.  



written : agildaridulu

Rabu, 07 Desember 2011

#AMNGIGS 3 at Hardrock Cafe Jakarta




Acara rutinan yang diselenggarakan oleh Deathrockstar dan Hyperreal Movement, dimana #amngigs ini selalu menampilkan band-band dari jenis musik yang berbeda tapi tetap idealis dan universal, apapun jenis musiknya disatukan dalam satu stage. #AMNGiGS sudah berjalan dari bulan lalu dan tidak hanya itu, juga ada yang namanya AMN Coaching Clinic. Acara ini tidak hanya di Jakarta, tapi juga diselenggarakan di Bandung dan Medan yang juga menjadi suatu jaringan musik guna memajukan musik Indonesia. #AMNGIGS Volume 3 berlangsung pada hari Selasa, 29 November 2011 dan berlokasi di Hardrock Cafe Jakarta dengan menampilkan band seperti STEREOCASE, DZEEK, POLKA WARS, SWIMMING ELEPHANTS, dan BACKWOOD SUN. Band yang sangat jarang sekali hadir di media-media lokal. 

Acara dimulai pukul 21.05 menit oleh penampilan dari Backwood Sun, dengan musik folks yang kental namun tetap easy listening di telinga penonton. Mereka membuka #amngigs 3 kali ini dengan sempurna. Tidak lama setelah mereka tampil, sang MC yang memiliki account twiter @lupaloopy maju ke depan stage dan mengajak para penonton untuk update via twitter menggunakan hashtag #amngigs dan penonton yang beruntung mendapatkan voucher beer.

Setelah itu giliran Dzeek untuk tampil. Dengan vokalis baru mereka yang bernyanyi tanpa bermain gitar, Dzeek memainkan lagu Kiamat Menjadi Punah. Inilah band yang sangat asik untuk ditonton dengan musik alternative rock dan sedikit unsur pop. Perpaduan yang sangat pas.

Lanjut ke band ke-3 malam itu, band yang baru saja mengeluarkan album barunya, mereka adalah Stereocase. Membawakan lagu-lagu andalan seperti “Alihkan” dan “Bebas” dengan musik yang nge-beat dan mampu mengajak penonton untuk bergoyang.

Suasana crowds di Hardrock Cafe Jakarta tiba-tiba menjadi galau ketika Swimming Elephants yang membawakan musik pop shoegaze dengan vokalis cewek tampil. Band yang sekilas mengingatkan kita kepada band terdahulu seperti Everybody Love Irene ini berhasil membawakan lima lagu hingga para penonton terhanyut terbawa musik mereka.

#AMNGIGS kali ini ditutup oleh Polka Wars, band alternative dari Jakarta yang sangat ditunggu-tunggu oleh para penonton. Band yang terdiri dari Karaeng Putra Adjie di lead vokal/gitar, Giovanni Rahmadeva pada drums/vokal, Xandega Tahajuansya sebagai bass gitar/vokal, Billy Saleh sebagai gitar/vokal, Sistha Anindya sebagai saxophone/keyboards  ini mengaku kalo band mereka ini seperti bayi yang baru lahir. Rencana untuk mengeluarkan album EP sudah ada dibenak mereka jika kalian menyempatkan waktu untuk mengecek tumblr mereka. Polka Wars berhasil menutup acara dengan sempurna dan suasana Hardrock Cafe Jakarta semakin panas walaupun diluar sedang turun hujan. See you next #amngigs. Cheers!!





Written by Raka Aji Saputra
Contact the writer at raka.malu@yahoo.com
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More