Minggu, 22 April 2012

Antara Cinta, Benda Terbang Aneh & Psikedelia



Pameran, perilisan Supersonicloveisticated EP, mini konser,
kolaborasi, diskusi & pesta perpisahan 70’s Orgasm Club




27, 28 & 29 April 2012

Lou Belle shop, Jl Dr. Setiabudi 56 Bandung



PRESS RELEASE

Mini album Supersonicloveisticated EP ini adalah rilisan pertama selama 8 tahun band ini terbentuk. EP ini merupakan intro untuk album penuh yang akan dikeluarkan akhir tahun ini. Dari rencana awal mengeluarkan album penuh dengan total 12 lagu yang sudah direkam, akhirnya diputuskan untuk merilis mini album dahulu.
4 lagu plus satu lagu versi akustik (khusus yang dibuat untuk mini album) termuat dalam EP ini. Tiga lagu sudah pernah dirilis dalam beberapa kompilasi beberapa tahun yang lalu. Seperti Supersoniclovesiticated (kompilasi Ripple mag, 2004), Peppermint, Insect (L.A. Light Indiefest 2006) & Love Bus (kompilasi majalah Provoke! 2008). Plus dua lagu baru yang belum pernah dirilis: Libido Schizophrenia dan versi akustik Yellow Mellow, yang khusus direkam untuk EP ini (versi elektriknya akan ada dalam album penuh).

Perpisahan

Setelah menghilang selama beberapa tahun terakhir karena kesibukan dan dua dari mereka sudah berkeluarga, akhirnya diputuskan untuk dijalani oleh vokalis/gitaris/penulis lirik Anto Arief sendiri. Makanya perilisan album ini sekaligus penampilan terakhir 70s Orgasm Club dengan formasi lengkap. Ke depannya 70s Orgasm Club akan jalan dibantu oleh additional player.


Kolaborasi

Dari situ muncul ide untuk melebur perilisan Supersonicloveisticated EP ini menjadi projek seni terbaru Anto Arief, dengan kata kunci: merespon. Itulah mengapa mini album ini berkolaborasi dan dirilis oleh 34/7 Records di bawah bendera Unkl347, yang memiliki program kolaborasi dengan seniman & grup musik dengan nama “Friends Do It With Unkl”


Pameran & diskusi Antara Cinta Benda Terbang Aneh & Psikadelia 

Ide pameran berangkat dari foto benda terbang aneh bidikan Dimas Theodora dari atas pesawat. Dari situ muncul ide untuk merespon foto itu dengan menjadikan projek seni. Karena ia menemukan ada korelasi antara cinta (yang menjadi tema lirik), benda terbang aneh (UFO) & psikadelia. Tiga hal yang menjadi fenomena di tahun 70an. Selain itu ketiganya juga sangat berhubungan dengan kondisi psikologi seseorang. Dan di jaman modern seperti sekarang pun ke tiga hal itu masih merupakan misteri.


Pameran 3 hari ini akan menampilkan 10 artwork asli yang menjadi kover Supersonicloveisticated EP. Juga ada diskusi bertema “Antara Cinta, Benda Terbang Aneh & Psikadelia” yang menghadirkan psikolog Audifax, Fanfan Darmawan dari Beta UFO Indonesia, dan Rudi pemilik toko merchandise rock: Hard N Heavy. Selain pameran & diskusi akan setiap harinya akan ada penampilan dj dan band Nada Fiksi, The Triangle, Tulus & Hightime Rebellion yang merespon 70s Orgasm Club 


Rabu, 18 April 2012

Berkunjung ke Dunia Khayal Zeke Khaseli

Oleh: Raka Aji Saputra

Music Corner 2012 Universitas Negeri Jakarta

Oleh: Aria Adhitya



Shed Seven Tampil Maximum

Oleh: Rezky Agil




Sabtu, 31 Maret 2012 para penggemar Britpop memadati Venue Eldorado, Bandung, guna menyaksikan Shed Seven (UK). Acara yang  bertajuk Maximum Hits ini dibuka dengan penampilan dari The Triangle yang membawakan 6 lagu. Akhirnya pada pukul 9 malam, Shed Seven membuka penampilannya dengan lagu Dolphin. Hampir 18 lagu mereka bawakan termasuk hits-hits mereka seperti Going For Gold, Long Time Dead, Ocean Pie, Speakeasy, dan Bully Boy. Tidak jarang penonton yang hadir berlompat dan bersorak riuh ditengah penampilan. Kejutan terjadi ketika mereka meng-cover Panic, salah satu lagu dari The Smith yang mereka bawakan untuk menyambut kedatangan Morrissey ke Jakarta. Di akhir acara, Chasing Rainbows pun menjadi encore dari penampilan mereka dan membuat semua yang hadir di Eldorado bernyanyi, dan benar-benar terpuaskan dengan penampilan mereka pada malam itu.

Foto: Ardi Widja

SUM 41 "We Will Back For Sure"

Oleh: Aria Adhitya



The Iron Maidens “Screaming For Me Jakarta”







Black Rock Entertainment mendatangkan band asal Amerika Serikat, yaitu The Iron Maidens pada Kamis 5 April 2012 dan bertempat di Rolling Stone HQ. Band ini beranggotakan para rocker wanita, yaitu Kirsten Rosenberg a.k.a Bruce Chickicson (vokal), Nita Strauss a.k.a Mega Murray (gitar), Linda McDonald a.k.a Nikki McBurrain (drum), Wanda Ortiz a.k.a Steph Harris (bass), dan Courtney Cox a.k.a Adriana Smith (gitar) dan memainkan lagu-lagu dari band legendaris Iron Maiden. Jadi tidak heran jika para Troopers di Indonesia berbondong-bondong datang untuk melihat penampilan mereka. The Iron Maidens tidak hanya mengunjungi Jakarta, mereka juga melakukan Tour di kota lain seperti di  Liquid Longue & Cafe, Yogyakarta (6/3/2012), dan Boshe VVIP Longue, Bali (7/3/2012).
            Jakarta menjadi tempat pertama yang mereka sambangi. Dan ketika mereka sampai di Jakarta, dari bandara Soekarno Hatta sampai ke lokasi Press Confrence, sang vokalis Kirsten Rosenberg pun sangat takjub akan kemacetan di Ibukota. “Saya salut dan memuji akan kesabaran kalian di Jakarta”, ujarnya. Rolling Stone Venue sudah yang mulai dipenuhi oleh para Troopers dari wilayah sekitar Jakarta dan Bandung. Sekitar pukul 7 malam open gate sudah dibuka, dan diawali oleh penampilan band Heavy Metal Jakarta yaitu Oracle yang bermain pada pukul 8.20 malam. Mereka juga sempat meng-cover lagu-lagu dari Metallica. Tidak lama setelah penampilan dari Oracle, muncul-lah Courtney Cox yang mulai men-setting sound gitarnya dengan diiringi teriakan para Troopers di venue. Mereka  pun naik stage dan memulai dengan lagu “Aces High”, dan dilanjutkan dengan “2 Minutes To Midnight”. Troopers pun bernyanyi bersama. Banyak gimick-gimick yang ditampilkan di konser The Iron Maidens dan Kirsten sempat mengibarkan bendera UK dan juga bendera Indonesia. Sekitar 15 lagu dibawakan tanpa encore, sangat mempesona penampilan mereka dengan Kirsten yang selalu berteriak “ Screaming For Me Jakarta..!!”. Sekitar jam 11 mereka selesai menampilkan musik metal yang sempurna ini. Seperti Iron Maiden sungguhan dari semua kesamaan yang mereka mainkan, hanya beda tampilan saja. Namun sangat disayangkan saat terdengar teriakan dari para Troopers untuk memainkan lagu “Fear Of The Dark”, namun tidak dimainkan oleh The Iron Maidens. Tapi lunas dibayar dengan diadakannya meet and greet dengan para Troopers sekaligus sesi penjualan merchandise yang dibubuhi tanda tangan para personil. Dan pembeli merchandise pertama mendapatkan kejutan berupa hadiah gitar akustik dari Nita Strauss. Sebuah konser intim yang disambut dengan hangat.

Written and Photos by Raka Aji Saputra

Nuansa Indie Pop serta unsur New Wave bersama Architecture In Helsinki








Fairground, ex Bengkel Night Park Jakarta disambangi oleh band Indie Pop bernuansa Electric New Wave. Band asal negeri Kanguru ini membawa kembali suasana “Back to 80’s”. Cameron Bird, Gus Franklin, Jamie Mildren, Sam Perry, dan Kellie Sutherland menghentak dengan musik mereka pada 10 Maret 2012, dan opening act mereka kali ini adalah duo Electronic Experimental Music asal Bandung, Bootlesmoker. Open gate dimulai pada pukul 8 malam, dan tidak lama kemudian duet Nobie dan Angkuy mulai memanasi penonton dengan suara musik yang membuat kuping hingga seluruh bagian organ tubuh turut bergerak mengikuti alunan musik mereka dengan ciri khas Nobie Bottlesmoker yang sering memakai topi indian dan juga Angkuy dengan kostum astronotnya yang memukau para penonton saat itu. Penonton pun terheran-heran dengan alat-alat yang mereka mainkan dengan unique toys yang bisa dijadikan suara, apalagi dengan alat yang dibunyikan dengan sensor oleh cahaya. Sekitar 45-50 menit Bottlesmoker membuka konser ini dengan sangat pas sesuai dengan konsep AIH yang bernuansa Electro Indie Pop
Setting alat dan bunyi sound menjadi tanda bersiap-siap AIH untuk mengajak penonton untuk ber-Indie Pop malam itu. Kemudian semua personil pun satu-persatu naik ke stage. AIH pun tak banyak bicara dan langsung menggebrak dengan lagu “Desert Island” dari album Moment Bends. It’s really a great sound, dan konser mereka pun sangat excited karena tidak ada sedikitpun asap rokok di area Venue Stage. Yang membuat crowd semakin berteriak adalah ketika Cameron Bird, vocalist AIH yang hanya menggunakan kaos polos putih dan di masukan ke dalam celana panjangnya berkata “ We want to play the song "Escapee" from Moment Bends that featured in the football video game, FIFA 12. Penonton pun langsung bernyanyi bersama tanpa disuruh oleh AIH. Sekitar 17 lagu dimainkan oleh mereka dengan sangat enerjik karena mereka memainkan instrumen maupun berdansa bersama dengan kompak. Yang menjadikan konser ini terasa seperti kembali ke tahun 80an adalah nuansa New Wave dari suara techno dan electric drum. “We will come back soon guys”, seperti biasa band-band yang bermain disini seringkali merasa puas dan merasa ingin sekali kembali ke Jakarta. Thanks Beyond Prod sudah mengajak mereka kesini ujar penonton di fairground ketika kita melihat timeline di twitter. Cheers...

Written by Raka Aji Saputra
Photos by Hery Suryanto

Selasa, 17 April 2012

Pameran Domestic Stuff





Sebuah kursi berdiri kokoh dan berkerangka remote bekas, berhasil menarik perhatian tersendiri bagi para pengunjung saat masuk ke dalam ruang galeri.  Dihadapannya sebuah televisi kain bergaya retro tetapi tidak berfungsi layaknya televisi asli, menempel kuat di ruas dinding. Di layarnya terdapat sebuah garis hitam berputar kian mengecil, seakan membuat para pengunjung yang melihat dibuat pusing oleh sebuah teks yang bertuliskan “Buzz”.  Pemandangan unik ini bukanlah ruangan pribadi seseorang untuk menikmati  hiburan,  namun karya-karya seni tersebut merupakan salah satu bagian dari sebuah pameran seni rupa bertajuk “Domestic Stuff” yang diadakan di Galeri Salihara, Jakarta.

Kedua karya instalasi itu diciptakan oleh Maria Indria Sari dan Samuel Indratma, dalam menyikapi keresahan fenomena yang sedang terjadi. Menurut keterangan di dalam pengantar pameran, kedua perupa ini mendiskusikan acara-acara televisi yang membawa kekerasan dalam wilayah domestik kehidupan keluarga dan bagaimana cara mengendalikan pengaruhnya pada anak-anak. Kedua karya tersebut diberi judul “TV Satu Channel” dan “Kursi Remote Kontrol”.

 “Tantangan terbesar adalah membangun keseimbangan antara kehidupan domestik dan kehidupan sosial”, sebuah kutipan yang ditulis oleh Mie Cornoedus dan Setu Legintar sedikit menjelaskan kehidupan kedua seniman ini dalam menghadapi proses situasi domestik yang mirip, yaitu sama-sama memiliki keluarga baru dengan satu anak kecil (buah hati). Lewat sebuah karya instalasi dalam konteks visual, kedua seniman ini membuat sebuah film yang menyajikan visual tiga dimensional. Ruang, waktu dan tenaga. Karya ini diberi judul “Pusaran Jiwa”. Adapula karya fotografi, hasil potret Mie Cornoedus yang berjudul “Mencari Arah” dengan seorang ibu-ibu dan bayi mereka sebagai objek yang dicetak dengan kertas hahnemuehle.  

Pameran Domestic Stuff merupakan sebuah proyek mengenai wilayah domestik dan persoalan-persoalan yang kita hadapi di dalam kehidupan sehari-hari. Adapun para seniman lain yang ikut terlibat pameran diantaranya Ariani Darmawan, Ferdiansyah Thajib, Lydiawati, Amrizal Salayan St. Parpatih, Melati Suryadarmo, Afrizal Malna, Restu Ratnaningtyas, Agung Kurniawan, Sekarputri, dan Mufti “Amenk” Priyanka. Memaknai sudut pandang seni rupa yang terkait dengan wilayah domestik, ditampilkan dalam pameran yang berlangsung hingga 6  Mei mendatang.

Written : Dimaz Nugraha
Photo   : Putri Ayu

Jumat, 13 April 2012

Teenage Death Star Full Team



Ketika saya menawarkan seorang teman untuk datang ke sebuah acara band ugal-ugalan asal Bandung, Teenage Death Star, ia mengaku tidak tahu band seperti apa mereka itu. Hanya sekedar mengenal sang vokalis Sir Dandy, itu pun setelah saya beri tahu. Tapi akhirnya ia berjanji kepada saya untuk datang.

Meski sempat terjadi pengunduran waktu, kali ini akhirnya Insarmy Agent sebagai penyelenggara acara berhasil mengumpulkan semua personil Teenage Death Star secara lengkap. Acara yang bernama Were Soldier Without A Gun ini diadakan di Basement, Swiss-Bell Hotel (ex-The Rock Café) tanggal 24 Maret 2012. Dimulai dari pukul 7 malam dan dibuka oleh penampilan dari The Peebles, Appolo, dan band iseng, The Karockes yang hanya membawakan satu lagu saja.

Penonton yang awalnya hanya terlihat duduk saja, kini mulai merapat membuat kerumunan di depan panggung. Satu persatu personil Teenage Death Star naik ke atas panggung dan tanpa basa basi mereka menghajar crowds dengan lagu-lagu dari album Longway To Nowhere seperti Super Lover, All That Glitters Are Not Gold, Johnny In My Head, 21 Century Boy, The Death Disco Rabbit, Absolute Beginner Terror, dan I Kiss Your Sister In The Kitchen. Meskipun hanya itu saja lagu yang mereka bawakan, tetapi penonton seperti tidak pernah merasa bosan dan bergerak secara liar di depan, bahkan ada beberapa yang naik ke atas panggung. Alvin, sang gitaris pun sempat turun panggung dan menyatu diantara kerumunan penonton. Begitu pun halnya dengan Sir Dandy. Hanya Iyo (Bassist) dan Helvi (Gitarist) yang “anteng” dengan permainannya dan sesekali tersenyum melihat ulah temannya sendiri.

Ketika semua lagu selesai mereka mainkan sementara waktu masih tersisa cukup panjang dan penonton merasa belum mencapai kepuasan, mereka kehabisan akal untuk lagu selanjutnya, Akhirnya Louie-louie dibawakan dengan iseng dan lirik yang asal-asalan dinyanyikan oleh Sir Dandy. Lalu yang unik, mereka malah meminta penonton yang biasa men-cover lagu mereka untuk bermain diatas panggung. Alhasil I’ve Got Johnny In My Head kembali dibawakan dengan personil Teenage Death Star yang kali ini berada dibawah panggung. Benar-benar pemandangan yang jarang untuk dilihat.

Sebagai penutup, Sir Dandy yang sedari tadi dipaksa penonton untuk menyanyikan lagu-lagu dari side project-nya, akhirnya membawakan beberapa lagu yang diiringi oleh Hasief dari Rolling Stones. Acara berakhir seperti anti-klimaks, tapi semua penonton terpuaskan. Teman saya pun akhirnya berterima-kasih kepada saya untuk gig yang super chaos yang pernah ia lihat.


Written : agildaridulu
Foto :  Ardi Widja

Senin, 02 April 2012

Interview Exclusive dengan Sir Dandy dan Alvin dari Teenage Death Star





Sekitar setengah jam setelah acara “We’re Soldiers Without A Gun” yang diadakan di Basement Cafe selesai, team MALU menghampiri Sir Dandy dan Alvin dari Teenage Death Star dalam waktu berbedaMereka berbicara tentang Secret Gig dan rencana album baru mereka. Berikut wawancara kami.

Dengan jaket dan kacamata hitamnya, Sir Dandy terlihat kelelahan di pinggir meja Bar.

 
Gimana perasaannya dibuatkan Secret Gig Teenage Death Star ?
Perasaannya seneng dan kaget soalnya ada yang mau bikinin, tapi  terima kasih sebelumnya dan sesudahnnya.
 
Gimana crowds-nya tadi?
Crowds-nya seru. Sebenernya kita sih nggak perlu banyak-banyak crowds sih. Yang penting kita enjoy dan penonton juga enjoy.

Masalah yang tadi berantakan banget?
Nggak apa-apa lah. Kalo mau yang rapi nonton Adi Ms sama Vierra aja. Itu pasti rapi (tertawa)

Gimana album Teenage Death Star sendiri?
Ada. Nanti mau dirilis. Cuma kita lihat aja, soalnya ini eksperimental,  live recording. Nanti kalo nggak salah dalam bentuk kaset. Agak lama karena nyari tukang yang rekamnya udah nggak ada lagi yang bikin kaset. Kemarin rekaman di Bandung, di perusahaan terkenal gitu, pas selesai rekaman, perusahaannya bangkrut. Tapi udah selesai, tinggal di packaging aja.

Rencana mau rilis dimana?
 Di Jakarta, tahun ini.


 
Alvin yang masih berkeringat dan rambutnya yang masih terlihat basah, masih sempat bercerita dengan cukup enerjik.

 
Jadi gimana tentang acara ini ?
Acara ini nggak apa-apa sih chaos. Gua suka yang chaos-chaos. Cuma mungkin dari  pihak tempatnya dia kaget ya ngeliat yang chaos-chaos.  Tapi so far keren sih anak-anaknya. Kaya tadi respon audience sama band itu yang kaya benar-benar free. Ya itu, emang gua suka lah.

Berarti konsepnya pas ya?
Pas! Mudah-mudahan nanti kalo ngadain lagi kalo bisa lebih kumuh lagi ya tempatnya.


Rencana ke depan gimana nih, Vin?
Hmm.. katanya sih Fast Forward (label dimana mereka bernaung) nagih single gitu sama satu lagi, gua tuh sebenernya udah ngerekam ada the lost tape.

Katanya nggak jadi?
Jadi!! Maunya hari ini. Cuma masalahnya kita punya konsep untuk lost tape itu secara teknis harus ada yang gua otak-atik sedikit. Nah itu yang susahnya. Tapi kalo udah jadi langsung sebar aja.

Disebarnya di Jakarta saja atau gimana?
Nah itu dia yang gua bingung. Soalnya kita cuma menjual 222 kaset. Nah itu dia gimana nih cara membagi yang enaknya. Gua masih belom tau, cuma pastinya nanti sebelum rilis bakal ada pameran nya.

Bulan apa?
Aduh bulan apa ya? Paling cepat sih bulan depan, tapi nggak mungkin ya. Paling 2 bulan lagi lah.

Mau bikin project-an album sendiri gitu kayak Sir Dandy?
Ada sih. Ada bakal gua bikin. Kalo Sir Dandy kan semua orang bisa denger, kalo gua nggak  akan bisa denger semua orang. Kalo gua konsepnya lebih ke world music.

Koleksi vinly lo?
Alhamdulillah bertambah (tertawa)

Oh iya Vin, closing statement lo tentang acara ini apa?
Hmm yang jelas ini udah lama banget Teenage Death Star nggak manggung. Pertama,  ini adalah manggung setelah hampir 1 tahun Teenage Death Star akhirnya manggung lagi dengan formasi lengkap di Jakarta, jadi gua seneng banget dan kita udah hampir setahun gitu nggak ketemu full team-nya dan kita bisa muncul lagi disini di panggung seperti ini. Nggak kaya panggung brengsek yang ada tentara-nya. Udah lah itu mah!
 
Oke, berarti ntar kalo mereka bikin lagi mau?
Mau-mau!

Masalah dipeluk-peluk gitu nggak apa-apa tuh?
Nggak apa-apa. Emang kenapa!?

Gimana anak sehat?
Sehat. Akhirnya gua nggak mau terlalu banyak bawa anak gua karena setelah  beberapa panggung gua bawa, dia sudah mulai meludah.

(tertawa)


Bimbi Mahesa Putra dan Rezky Agil

PAMERAN ILUSTRASI POSTER FILM INDONESIA KLASIK





Komunitas GAmbar seLAW (GALAW) bekerja sama dengan Kineforum, telah sukses menyelenggarakan sebuah Pameran Ilustrasi Poster Film Indonesia Klasik. Pameran yang dikuratori oleh Ade Darmawan (direktur Ruang Rupa) dan GAmbar seLAW  sebagai artistic.  Dibuka pada hari Kamis, 22 Maret 2012 lalu, sebanyak 64 poster hasil goresan 18 anggota GAmbar seLAW telah dipamerkan di Galeri Cipta 3, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pameran yang diselenggarakan sampai tanggal 31 Maret 2012 kemarin, merupakan sebuah  apresiasi dan respon dari komunitas GAmbar seLAW atas undangan dan kesempatan yang diberikan oleh Kineforum dalam menyambut Bulan Film Nasional. Seluruh ilustrasi poster yang ditampilkan dalam pameran ini, mengambil inspirasi dari 20 film Indonesia klasik pilihan Kineforum. Bulan Film Nasional sendiri, merupakan program tahunan yang diselenggarakan oleh kineforum  sejak tahun 2007.  

Seniman-seniman yang terlibat dalam pameran ini, Anis Wuku Wuk  / Aloysius Nitia  / Acul Gaos  /  Bayu Wibowo  /  Bobbyama Agam  /  Danang Sulistyo  /  Efi  /  Dacquoise  /  Jarockbass  /  Johan Ardhika  /  Nastasha abigail  /  Nona Kumis  / Ricky Malau  / Sahal Abraham / Tiffany Ayu P / The Popo / Thuke Wulandari  / Ube ube dan Zul masing-masing mempunyai gaya sendiri dalam mengapresiasikan goresan tangan mereka di atas kertas. Poster-poster yang dipamerkan dalam pameran ini, juga diperjual-belikan kepada seluruh pengunjung yang hadir. Selain poster, penjualan merchandise berupa postcard kontemporer yang kece-kece pun, laku keras hingga menjelang berakhirnya pameran. Seluruh penjualan poster dan merchandise yang telah laku terjual akan digunakan untuk membiayai operasional kineforum. 


Gundala Putra Petir & Catatan Si Boy


Yang Muda Yang Bercinta & Sundel Bolong


Lahirnya Gatot Katja & Tjambuk Api

Melalui pameran illustrasi poster ini, para pengunjung yang hadir terkesan diajak untuk bernostalgia sejenak, mengenal sejarah bangsa lewat poster-poster yang ditampilkan, sekaligus menikmati bersama film-film pilihan Kineforum yang diputar di Bulan Film Nasional. 



Written : Dimzkribs
Photo : Dimzkribs

Minggu, 01 April 2012

Anthrax X HellYeah Memanasi Jakarta




31 Maret 2012, Pantai Karnaval Ancol menjadi dipenuhi oleh kaos-kaos berwarna hitam, di mana para metal head Indonesia berkumpul. Sekitar jam 5 sore, para pecinta musik Thrash dan Heavy Metal memulai memasuki Pantai Karnaval Ancol, sedangkan open gate dimulai pukul 6 sore. Suatu announce   dilontarkan oleh pihak promotor (Blade Indonesia) bahwa Konser Anthrax dan HellYeah akan segera dimulai sekitar 15 menit lagi. Para Metal Head pun segera memasuki depan stage yang terbagi 2 Festival A dan Festival B. 
Pukul 8.30 Mc Ronald pun naik ke stage untuk membuka konser yang dibuka oleh band Heavy Metal asal Amerika, HellYeah. Sang Vocalist, Chad Gray yang juga jebolan Mudvayne langsung menyapa para Metalhead Indonesia. HellYeah memainkan sekitar 10 lagu. Dan lagi-lagi Chad Gray mengajak penonton untuk screaming together, dan mengatakan “Siapa yang menunggu Anthrax? Ya sama seperti saya" ujar Chad. Hampir diakhir lagu Chad mengenalkan para personel HellYeah, ketika itu Drummer HellYeah juga berbicara "dan kita sangat senang bermain disini. Rock n Roll Yeah!!" ujar Vinnie Paul. Hell Yeah berhasil membuka konser itu menjadi memanas.
Akhirnya band legend Thrash Metal asal Amerika, Anthrax tampil. Para penonton sudah tidak sabar menanti Scott Ian CS naik stage. Setelah semua persiapan disiapkan akhirnya satu persatu personil menaiki stage dimulai dari Mr. Charlie Benante (Drummer) dan disusul oleh Joe Belladonna (Vocal), Scott Ian (Gitar), Rob Caggiano (Gitar), Frank Bello (Bass). 
Dibuka dengan lntro dan dilanjutkan dengan lagu Earth On Hell, para Metalhead pun memulai headbhang-nya, dilanjutkan dengan Fight ‘Em Till You Can’t. Ketika Caught In A Mosh dimainkan, semua pecah menjadi panas. Tidak kenal apapun yang terjadi saat itu, semua terkena sihir mulai dari suara alunan vocal Joey yang sangat interaktif dan liar dengan memakai setengah standmic berlari–lari dari sisi kanan ke kiri panggung, ditambah permainan gitar Scott Ian, bass Bello serta solo drum dari Benante.
Anti Social menjadi lagu ke-4 yang dimainkan. Yang menarik dari vokalis Anthrax, Joey Belladonna, ia memakai jersey Timnas Indonesia. Dan Scott Ian mengajak semua penonton dari semua posisi untuk Move On!!! 
The Devil You Know dan Indians juga dibawakan, serta Death Rider, Medusa, Among The Living, Got The Time. Playlist semakin berantakan ketika para penonton berteriak Be All End All, padahal tidak ada di songlist, tapi tetap dimainkan. Semua penonton dibelakang ternyata maju kedepan dan semprotan air dari security pun membuat penonton semakin liar. Lagu Madhouse dinyanyikan dan semua berteriak, dilanjutkan dengan Metal Thrashing Mad. I'm The Man dan I Am The Law akhirnya dibawakan dipenghujung acara. 
Anthrax membuat Jakarta menjadi panas setelah siang diguyur hujan dan mereka berhasil membakar kembali bersama para Metalhead Indonesia. Mereka mengatakan "Ini masih konser tour terbaiknya di Jakarta dan kita akan kembali lagi " ujar Ian.


Photo photo Anthrax









Written by Raka Aji Saputra
Photo by Greg



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More