Sabtu, 21 Januari 2012

Norax Relaxstation 'Eat n' Coffee' for all community



Malang Kota

Sedang berada di Kota Malang, lalu ingin keluar menikmati suasana malam di kota dingin ini? Norax Relaxstation Cafe adalah tempat hangout yang wajib "ditongkrongi" apabila anda sedang berkunjung ke Kota Malang, Jawa Timur. Cafe yang digagas dan didirikan oleh Vicky, salah satu Frontman band besar di Malang dan Jawa Timur, yaitu Plat N, beserta istri dan kawan-kawannya. Cafe yang mempunyai konsep dan ciri khas berbeda dari kebanyakan cafe di kota ini juga menawarkan menu-menu yang "nyeleneh" dan unik. Ditambah lagi tempatnya yang strategis, berada di daerah ramai dan hanya sekitar 5 menit dari pusat kota, tepatnya di Jl. Bendungan Sutami 18/57 Sumbersari dan buka selepas maghrib hingga dini hari.
Awalnya, Norax hanya sebuah tongkrongan minimalis yang berawal dari kegiatan "Arek-arek" Event Organizer kecil, Indie Label, dan Music Studio yang berada dalam suatu wadah atau komunitas musik bernama Only Cross. Komunitas ini ingin memberi kontribusi yang lebih, demi kelangsungan para musisi dan pelaku entertainment bawah/independent. Kini tongkrongan tersebut berevolusi ke arah kuliner dan hangout place yang tetap bertahan dengan konsep "nyentrik".
Seperti halnya cafe berkonsep musik lainnya, anda juga bisa menikmati live performance dari para talent dan band lokal maupun dari luar kota. Namun, yang menarik dari cafe ini adalah diperbolehkannya pengunjung untuk perform, jamming dan memainkan instrumen secara suka-suka pada saat itu juga, asal tidak ada performance schedule. Cafe ini juga menjadi jujukan anak-anak muda sampai rocker senior Kota Malang entah itu hanya untuk sekedar berkumpul, ngopi, nge-jam, atau bahkan melaksanakan berbagai kegiatan dan acara. Misalnya acara-acara seperti Tribute Concert, Launching Album, Live Performance, ataupun acara-acara lainnya. Cukup like di Facebook dan follow Twitternya, anda sudah bisa mengetahui menu spesial dan performance schedule yang akan hadir di Norax Relaxstation Cafe. Ada juga X-Banner besar yang siap dipasang di depan cafe mengenai hal-hal menarik lainnya.

Untuk urusan menu, Norax menghadirkan menu yang tidak kalah unik dan menarik dari konsepnya sendiri. Makanan dan minuman yang disajikan mungkin bisa disebut ber-standar "tempat ngopi", tapi dikemas dengan cara berbeda dengan harga yang sesuai kantong anak muda. Bahkan anda akan menemui menu yang secara taste, bentuk, dan namanya belum pernah anda temui di tempat lain. Dengan dekorasi yang nge-rock, anda pun akan merasakan sensasi nongkrong yang seru. Bahkan menu books-nya pun berbentuk kemasan CD.

Salah satu menu minuman terlaris andalan yang juga sebagai ikon diambil namanya dari judul sebuah lagu dari band legendaris asal Inggris, Queen, yaitu "Hammer To Fall Coffee". Sesuai namanya, menu ini menurut mampu membuai penikmatnya hingga seakan terpukul palu. Terbuat dari campuran kopi arabica dan robusta yang di mix dengan sedikit rum jamaica pilihan. Ada juga "Qul Haa Ana Dzaa Healthy Drink", sebuah minuman dari rendaman bahan-bahan herbal ala China dengan gula batu yang disajikan secara panas.

Di segmen makanan berat Norax mempunyai andalan yang diberi nama dari seorang "Porn-Star" Jepang. Yaitu "Mieyabi Fried Noodle", mie goreng dengan olahan bumbu rempah asli yang sedikit pedas dan bahan untuk spaghetti seperti sosis asap, jamur, bawang bombay, keju, minyak wijen plus telor mata sapi. Tidak hanya itu saja, Norax masih menyediakan menu-menu lainnya. Seperti nasi goreng dengan mix bumbu Jawa dan Jepang yang dinamakan "Oges NgeRock Oh Yess FullService", serta berbagai minuman dan makanan berat ataupun makanan ringan lainnya.

Cafe ini tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Meskipun dengan keterbatasan ruang dan properti, Norax ingin tetap ada untuk sebuah kuliner berbasis hiburan dan apresiasi bagi para musisi kelas bawah. Juga sebagai wadah apresiasi bagi banyak pelaku seni dari berbagai genre, komunitas, dan kota.







Writter : Aria Adhitya

PEMBUKAAN PAMERAN SENI RUPA "RUPA BELANJA RUPA KOTA"



Desain dalam arti sempit, terkait dengan benda–benda yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari–hari dan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Produksi barang–barang konsumsi modern memerlukan desain untuk men-satu padukan dua hal yang saling bertentangan: “Keseragaman untuk produksi massal dengan identitas keunikan”. Di kota, proses produksi dan konsumsi mengalami intensitas yang sangat tinggi. Jumlah barang yang tersedia pun selalu terjaga dengan tingkat keberagaman model atau seri produk baru yang tinggi. Dengan sendirinya, kota kemudian menjadi tempat persaingan yang ramai, dalam hal jumlah maupun berbagai macam ragam kepribadian benda–benda konsumsi. Keramaian ini tidak hanya menjajah ruang publik, tapi juga mulai merambah ruang pribadi melalui media dan teknologi informasi.

Dalam keadaan seperti itu, masyarakat cenderung berada di dalam dua kubu ekstrem: antara hanyut dan mengidentifikasikan dirinya dengan benda–benda yang dikonsumsi ( trance ), atau hanya menjadi penonton, menghayati dan sepenuhnya menjaga jarak, sambil melihat benda–benda tersebut datang dan pergi ( meditatif ).

Bagaimana menjalankan kesenian dalam keadaan tersebut?  Apakah laku berkesenian harus berperan heroik menyelamatkan tiap orang? Ataukah berperan sebagai badut yang bijak, yang dengan usil mengganggu trance maupun meditatif  tersebut?

Nirwan Dewantoro perwakilan dari komunitas Salihara, dalam sambutannya pada pembukaan pameran seni rupa Rupa Belanja - Rupa Kota hari Sabtu 14 Januari 2012 kemarin,  mengungkapkan : Kota-kota besar kita telah menjadikan kita separuh warga belaka. Jika kita benar – benar seorang warga, kemana ruang-ruang publik tempat kita untuk menyatakan diri sebagai seorang warga?

Kurator pameran seni rupa Rupa Belanja – Rupa Kota, Marco Kusumawijaya yang turut hadir pada pembukaan pameran seni rupa ini, dengan bangga memperkenalkan seluruh seniman seniman yang menampilkan karya–karyanya dalam pameran seni rupa ini kepada para pengunjung yang hadir. Seniman–seniman tersebut terdiri dari Irwan Ahmett (seniman dan Desain Grafis dari Jakarta), Wiyoga Muhardanto (seniman Seni Rupa dan Desain dari Bandung), dan indieguerillas (duet seniman Seni Rupa asal Yogyakarta).



Mereka para seniman muda itu adalah generasi yang sejak lahir sudah akrab dengan teknologi informasi dan media, dan tumbuh di dalam lingkungan pasar modern Indonesia. Selama hampir satu tahun kami mempersiapkan pameran seni rupa Rupa Belanja – Rupa Kota ini, ujar arsitek yang bekerja sebagai konsultan perencanaan pembangunan perkotaan itu. Beliau juga menjelaskan tujuan diadakannya pameran seni rupa ini. Tujuan kami adalah mengajak berpikir kepada pengunjung pameran dengan memanfaatkan karya–karya mereka yang tampil di ruang pameran ini, bahwa ruang kota adalah lebih dari sekedar fungsi dan bahkan tidak dapat dibentuk apabila hanya atas dasar gaya hidup, tutupnya.



(Salah satu karya Irwan Ahmett)


Tepat pada pukul 19.30 WIB, pameran seni rupa Rupa Belanja - Rupa Kota resmi dibuka. Para tamu-tamu undangan dan pengunjung pameran yang hadir akhirnya dipersilakan untuk menuju ke ruang galeri Salihara. Sesampainya di depan pintu masuk ruang galeri, Irwan Ahmett (seniman dan Desain Grafis, asal Jakarta)  meminta para pengunjung pameran terlebih dahulu berdiri berhimpitan pada satu lahan yang terbatas seperti layaknya sebuah angkutan umum. Setelah para pengunjung pameran sudah berhimpit–himpitan dengan pengunjung lain, akhirnya pintu masuk ruang galeri terbuka. Kemudian Irwan Ahmett memberikan aba–aba kepada semua pengunjung pameran, untuk berjalan berbaris masuk kedalam ruang galeri sambil mengeluarkan umpatan–umpatan. Sebuah aksi performance yang sangat unik karena melibatkan seluruh pengunjung pameran untuk turut merasakan fasilitas tranportasi umum yang penuh sesak seperti suasana kota sekarang. 



Irwan Ahmett


Irwan Ahmett (sebelah kanan)



Nama Irwan Ahmett mulai dikenal publik sebagai seniman pada tahun 2005 silam, ketika ia mempresentasikan proyek Change Yourself di kota kota besar Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Melalui ribuan stiker, Irwan Ahmett mengajak banyak anak muda untuk melakukan perubahan kecil terhadap hidup mereka sekaligus menyuarakan perubahan terhadap lingkungan disekitar mereka ke arah yang lebih baik. Sejak itu, karya–karya Irwan mulai banyak dikenal banyak orang. Karya–karya Irwan yang di pamerkan dalam pameran seni rupa “Rupa Belanja”, senantiasa berkutat pada emosi dan perilaku manusia yang dipadukan dengan pengamatan mendalam terhadap kepribadian manusia. 



JALA PAHALA


Dengan sedikit kreatif seorang penjaga masjid mengalih fungsikan sebuah jala yang seharusnya digunakan untuk menangkap ikan, diubah menjadi penangkap uang (tranformasi fungsi). Dan setiap pengunjung pameran diajak untuk memasukkan uangnya ke dalam Jala Pahala secara sukarela. 


 PAYUNG BULAN INI



Terinspirasi dari jasa ojek payung, Irwan dan Citrani Ekalamda mencoba merancang Payung Bulan Ini, yang menampilkan informasi ramalan cuaca selama satu bulan dengan berdasarkan data prosentase lingkaran.


EEL OIL


Eel Oil ini mampu membuat tubuh para penumpang didalam kendaraan umum menjadi licin seperti belut, sehingga memudahkan siapa saja untuk lolos dari himpitan penumpang lain.


KIPAS PENGLARIS



Kebiasaan para pedagang untuk mengibas-ngibaskan uang keseluruh barang dagangnya apabila ada seorang pembeli pertama di hari itu (penglaris), merupakan sebuah lintas tradisi turun menurun, yang masih dilestarikan hingga saat ini.


 LUDAH BERTUAH


Kebiasaan orang berhitung uang di pasar, dengan merekonstruksikannya melalaui “air liur” yang dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempercepat perhitungan uang.


MESSENGER BERJAMAAH


Satu lagi performance art yang melibatkan para pengunjung pameran yang menggunakan alat komunikasi Blackberry, diajak untuk turut terlibat langsung melakukan koordinasi gerakan dan komunikasi berkelompok secara berjamaah dalam kondisi “terkunci”.  Mobile messenger sendiri kini telah menginterupsi atau menghipnotis pemiliknya untuk menempatkan sebuah benda menjadi “pasangan hidup” yang paling intim.



  
Wiyoga Muhardanto
Seniman lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, mayor patung ini, memfokuskan konsep duplikasi pada karya–karyanya, melalui pembuatan replika obyek–obyek di dalam kehidupan sehari–hari.

Wiyoga Muhardanto (sebelah kiri)


Tidak hanya sekedar membuat replika terhadap obyek–obyeknya, Wiyoga (Nama panggilannya) juga menaruh atau menampilkan obyek tertentu di tempat yang wajar tetapi tidak menyertakan fungsinya. Sebuah pemikiran yang unik dalam upaya mendekatkan kembali para pengunjung pameran terhadap benda–benda yang sering di temui setiap hari, namun tidak mendapatkan perhatian yang khusus.










  
Hubungan kompleks kota Bandung dan Jakarta menjadi titik tolak ide karyanya, yang melibatkan para komuter atau mereka yang bolak–balik di antara kedua kota tersebut. “Mencari nafkah di Jakarta pada hari kerja dan menghabiskan libur di Bandung”.

Short Term Plan Expo, demikian karya–karya Wiyoga disebut dalam pameran seni rupa Rupa Belanja – Rupa Kota ini. Wiyoga sendiri meletakkan kota Bandung sebagai fokus untuk diamati. Mengapa? Karena sebagai sebuah kota diantara pedesaan dan metropolitan, kota Bandung sendiri telah menjadi ruang bermain bagi para “pekerja urban” yang bingung mencari tempat untuk bernafas lega di tengah kesesakan hidup.



INDIEGUERILLAS
Duet seniman asal Yogyakarta, yang juga dikenal karena eksprimentasi atas efek–efek visual dan karya antar sebagai medianya. Santi Ariestywanti dan Dyatmiko “Miko” Lancur adalah duo seniman lulusan Fakultas Seni Rupa di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.


Santi Ariestywanti (tengah) & Dyatmiko “Miko” Lancur (sebelah kanan)

Karya-karya mereka merupakan gabungan sekaligus perlintasan dari berbagai macam ranah; lukisan, seni grafis, desain dan media–media baru yang dicampur adukkan dan dikemas kedalam gaya yang sangat khas.

Bagi pemikiran Santi dan Miko, kota–kota besar di Indonesia tidak ubahnya seperti kampung dalam ukuran yang lebih besar dan dihuni lebih banyak orang. Meskipun sudah di bumbui dengan kehidupan urban yang glamour dan serba modern ini, namun perilaku manusianya tetap sama dengan perilaku masyarakat pedesaan. Dari pemikiran itu, dalam pameran seni rupa Rupa Belanja Rupa Kota ini, mereka menghadirkan karya yang berjudul Urban Jungle Warfare 2.









Kumpulan obyek tiga dimensi yang dibangun sebagai sebuah instalasi peradaban, dengan pusat–pusat perbelanjaan dan kekuasaan sebagai kuilnya, dan betapa khusuk-nya masyarakat kota melakukan ibadah konsumtif dalam fatamorgana.


Pameran seni rupa Rupa Belanja – Rupa Kota sendiri akan diselenggarakan sampai tanggal 31 Januari 2012 dan digelar di Galeri Salihara, Jakarta. Pameran ini merupakan salah satu pameran pertama yang diadakan oleh Komunitas Salihara, dalam rangkaian acara di tahun 2012. Sebagian besar penyusunan dan pelaksanaan program acara komunitas Salihara dalam kalender tiga bulanan (Januari-Maret 2012) ini, dikemas/dihadirkan kedalam paket–paket, katakanlah semacam festival–festival alit dan kemudian akan berpuncak pada Festival Salihara di bulan September–Oktober. Festival Salihara sendiri adalah pesta seni pentas dua-tahunan yang memberikan kombinasi acara yang bersifat puncak, dengan menampilkan sejumlah kelompok seni pentas dari berbagai Negara di belahan dunia, termasuk Indonesia.
  
  


Written  : Dimzkribs
Foto      : Dimzkribs

Sabtu, 07 Januari 2012

"SURVIVE" DARK TERROR




Artist: DARKTERROR
Album: SURVIVE
Label: PEPEEW.record

Press Release

Band yang sering dicitrakan sebagai “band anti penindasan” asal Bandung, DARKTERROR, akhirnya merilis album pertamanya yang berjudul “SURVIVE”. Setelah sekian lama mereka menunda-nunda perilisan albumnya ini atas alasan teknis, tepat tanggal 4 Desember 2011 ini mereka merilis “SURVIVE” di bawah bendera “PEPEEWrecords” Indonesia.
Dengan kematangan konsep dalam proses debut album pertamanya ini, DARKTERROR berharap dapat mengulang kesuksesan album EP sebelumnya. Konsistensi mereka yang terangkum dalam karyanya ini dibuktikan melalui lirik-liriknya yang masih tajam dan bahkan terkesan memberontak yang seolah sudah menjadi bagian dari unsur musik mereka.
SURVIVE, judul yang mereka ambil yang secara umum bermakna “bertahan”, diharapkan menjadi pemikiran dan motivasi dasar dari pertahanan eksistensi DARKTERROR. “SURVIVE ini sebetulnya sangat luas maknanya, ini dapat digambarkan lebih sebagai kekuatan ikatan persaudaraan kami”.
Yang tak kalah gilanya, DARKTERROR dan PEPEEWrecords merilis album SURVIVE ini untuk dipasarkan secara cuma-cuma atau gratis. Hal ini tentunya memberikan reaksi positif dari para darkterrorist squad yang tersebar di seluruh daerah. Ditegaskan oleh Angga Kusuma, pemilik PEPEEWrecords, “kalian tidak perlu membajaknya, kalian tidak perlu mengeluarkan uang, just take it with pride”, tegasnya.
Adapun tracklist dalam album “SURVIVE” ini terdiri dari 11 lagu andalannya, (intro, Bangkitkan, Tak Tersisa, Holding Stripe Bleeding Hands “featuring Daniel Rahman Suaga”, Kau Penipu, Bebaskan Diri, Topeng Sekolah Pembunuh, Ingatan Gila, Merobek Jalanan, Terikat Diam dan Berkarat, dan Apa Arti Sebuah Bambu Runcing). Dengan menggabungkan unsur harmonisasi chord, rauman distorsi yang cukup tajam, serta teriakan lantang dari sang vokalis, Keseluruhan karyanya ini dapat memberikan nuansa baru yang tak lepas dari konsistensi genre musik mereka.
DARKTERROR mempersembahkan debut album “SURVIVE” ini sebagai jawaban atas semua pertanyaan dan harapan mereka yang tersimpan lama. SURVIVE diharapkan dapat memicu suatu pemikiran positif kepada seluruh darkterrorist squad dan dapat menjadikan eksploitasi karya positif anak bangsa. Mengutip prolog dalam albumnya ini “Lihat lebih dekat, dengar lebih jelas, dan rasakan lebih dalam, SURVIVE ”.

EP yang Tidak Mengerti Artinya dari Roman Foot Solders

           



Salah satu band Jakarta ber-genre electronica indie, Roman Foot Soldiers, yang terbentuk dibawah label Sinjitos Records pada Agustus 2011 lalu me-release EP berjudul “KITSILANO”, entah apalah arti dari nama itu. Roman Foot Soldiers sendiri terdiri dari Tim Matindas (Vokal), Albert Luky Ginting (Drum), Reza Adhitama (Bass), Prianka Regana Bukit (Guitar), Josh Hartana (Synth), dan Gondang Prabowo (Guitar) berdiri ditahun 2005. 
“KITSILANO” dibuka dengan track pertama “You Make Me Feel Like Summer”, ketika  pertama mulai mendengarkan lagu tersebut, kepala kita diajak bergoyang dengan asik. Hentakan eksentrik dan suara synth serta vocal yang mendukung, cocok untuk didengarkan ketika malam hari dengan lampu dimatikan. Lalu dilanjutkan dengan lagu kedua “Streets Without Signs”, di lagu kedua ini electronica dengan beat-nya semakin terasa dan diawali dengan suara gitar akustik.
Di track ke-3, lagu “Waterfront” yang juga terdapat di myspace mereka dimasukan kedalam EP ini. Lagu dengan background hentakan drum yang variatif ini sangat easy listening, simple dan tetap dipenuhi oleh masing-masing instrument dari para personilnya. Dan EP ini ditutup dengan Direct Action remix lagu “Waterfront” feat. Anindita Saryuf yang merupakan Vokalis dari Santamonica. “KITSILANO” yang sempurna, walaupun tidak tahu arti Kitsilano sendiri itu apa. Tapi mungkin ketika kalian mendengarkan EP ini kalian bisa mengartikannya sendiri.
Yeah that’s it Electronica Rock! Saat ini Roman Foot Soldiers sedang mempersiapkan album debutnya dibawah label Sinjitos Record dan dijadwalkan akan dirilis pada tahun 2012 ini. Cheers :)

Written by Raka Aji Saputra
Contact writter raka.malu@yahoo.com

LADANG PORNOGRAFI, BERKEDOK SENI ?

Banyak macam media karya seni yang di produksi oleh manusia sebagai pernyataan atas makna dan nilai kehidupan sosial ini. Salah satunya melalui media seni lukis yang seksi sekaligus kontroversi, yaitu “body painting”Body painting dalam makna yang sederhana adalah, seni melukis dengan “kanvas” kulit / tubuh manusia dan di warnai sebagai bentuk kreatif simbolisasi – simbolisasi, yang diawali oleh kesadaran religi. Ada dua jenis body painting, yaitu body painting permanent (tattoo) dan body painting tidak permanent (temporer).  

Body painting merupakan bentuk lain dari tattoo, hanya saja sifatnya yang temporer (sementara) sehingga dianggap oleh beberapa pihak tertentu sebagai bentuk yang paling kuno dalam seni. Membuat lukisan body painting ini hanya berlangsung bertahan selama beberapa jam saja, sehingga dapat dihapus dengan mudah. Perlengkapan yang digunakannya pun cukup dengan perlengkapan melukis biasa. Seperti kuas, cat atau medium lain yang dapat mudah hilang, baik dengan air, minyak dan alat pembersih lainnya.












Seni body painting semula digunakan oleh suku primitif di kawasan negara Afrika,  Australia, New Zealand dan kepulauan pasifik. Tradisi body painting umumnya digunakan dalam upacara adat dan masih berlangsung hingga saat ini. Untuk pertama kalinya, festival dunia body painting diadakan pada tahun 1996 di Austria. Uniknya, dunia seni dengan media tubuh tersebut ternyata bisa digunakan untuk mengetahui kondisi fisik atau perasaan seseorang. Seni body painting sejak dulu memang disebut – sebut sebagai penanda sosial. Di beberapa kebudayaan, seni body painting ini sering dijadikan simbol kesehatan fisik.

Pelukis dan obyek seni body painting ini adalah orang – orang yang sangat mudah bergaul dan senang akan sensasi. Selain itu, mereka mempunyai kondisi psikologis yang baik dibandingkan orang – orang yang tidak mempunyai  tattoo ditubuhnya.


“Namun untuk urusan psikologi, sampai sejauh mana psikologi body painting ini bisa diterima?”

 Menurut mas Darmayasa seniman body painting asal bandung, 




“Melukis pada tubuh seseorang butuh ketelitian dan penuh kesabaran. Selain itu, yang terpenting adalah kondisi psikologi yang prima”.


         Pada saat menggoreskan cat ke tubuh objek, kondisi psikologis dan mood pada pelukis akan terlihat dalam bentuk garis dan gambar. Jika gambarnya patah – patah, biasanya pelukis adalah orang yang ragu – ragu dan plin - plan dalam bekerja. Sebaliknya, jika gambarnya lurus bisa berarti dia tidak mau  mengganggu orang lain dan tidak mau diganggu orang lain. Tidak suka keributan istilahnya. Begitu juga dengan coretan bebas yang membuat ekspresi seni seseorang justru ditumpahkan dengan riang oleh pelukisnya.

Hal tersebut akan mempengaruhi psikologi seseorang dan inilah yang dikatakan bisa dipakai sebagai tes perasaan seseorang. Namun dalam ilmu psikologi, sebuah gambar seperti body painting malah cenderung lebih mengarah ke seni dan tidak semudah itu, untuk menentukan kepribadian seseorang dari lukisan yang dibuat.

            Hingga saat ini, dunia body painting masih menjadi kontroversi dan juga kerap menyandang predikat negative dari sebagian besar masyarakat kita. Mereka ber-anggapan dunia seni body painting sangat erat dan dekat dengan porno aksi atau pornografi.













Namun dimana letak pornografinya? Apakah karena ketelanjangan para obyek body painting inilah, yang kemudian dipandang “miring” oleh masyarakat kita karena bertentangan dengan norma dan agama?




Dunia seni memang kebanyakan hanya menampilkan “sisi keindahan”, tidak pandang bulu apakah hal tersebut termasuk kategori pornografi atau tidak. Karena tidak ada batasan bagi para pekerja seni dalam menuangkan dan menyalurkan ide – ide liar nya ke dalam sebuah bentuk karya seni.  Jadi kalaupun nilai seni ini di kolaborasikan dengan nilai pornografi, hal ini masih tetap bisa ditolerir karena hal tersebut masih di tingkat kewajaran. 




Written     : Dimzkribs

Photo       : Dimzkribs & google
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More