Banyak macam media karya seni yang di produksi oleh manusia sebagai pernyataan atas makna dan nilai kehidupan sosial ini. Salah satunya melalui media seni lukis yang seksi sekaligus kontroversi, yaitu “body painting”. Body painting dalam makna yang sederhana adalah, seni melukis dengan “kanvas” kulit / tubuh manusia dan di warnai sebagai bentuk kreatif simbolisasi – simbolisasi, yang diawali oleh kesadaran religi. Ada dua jenis body painting, yaitu body painting permanent (tattoo) dan body painting tidak permanent (temporer).
Body painting merupakan bentuk lain dari tattoo, hanya saja sifatnya yang temporer (sementara) sehingga dianggap oleh beberapa pihak tertentu sebagai bentuk yang paling kuno dalam seni. Membuat lukisan body painting ini hanya berlangsung bertahan selama beberapa jam saja, sehingga dapat dihapus dengan mudah. Perlengkapan yang digunakannya pun cukup dengan perlengkapan melukis biasa. Seperti kuas, cat atau medium lain yang dapat mudah hilang, baik dengan air, minyak dan alat pembersih lainnya.
Seni body painting semula digunakan oleh suku primitif di kawasan negara Afrika, Australia, New Zealand dan kepulauan pasifik. Tradisi body painting umumnya digunakan dalam upacara adat dan masih berlangsung hingga saat ini. Untuk pertama kalinya, festival dunia body painting diadakan pada tahun 1996 di Austria. Uniknya, dunia seni dengan media tubuh tersebut ternyata bisa digunakan untuk mengetahui kondisi fisik atau perasaan seseorang. Seni body painting sejak dulu memang disebut – sebut sebagai penanda sosial. Di beberapa kebudayaan, seni body painting ini sering dijadikan simbol kesehatan fisik.
Pelukis dan obyek seni body painting ini adalah orang – orang yang sangat mudah bergaul dan senang akan sensasi. Selain itu, mereka mempunyai kondisi psikologis yang baik dibandingkan orang – orang yang tidak mempunyai tattoo ditubuhnya.
“Namun untuk urusan psikologi, sampai sejauh mana psikologi body painting ini bisa diterima?”
Menurut mas Darmayasa seniman body painting asal bandung,
“Melukis pada tubuh seseorang butuh ketelitian dan penuh kesabaran. Selain itu, yang terpenting adalah kondisi psikologi yang prima”.
Pada saat menggoreskan cat ke tubuh objek, kondisi psikologis dan mood pada pelukis akan terlihat dalam bentuk garis dan gambar. Jika gambarnya patah – patah, biasanya pelukis adalah orang yang ragu – ragu dan plin - plan dalam bekerja. Sebaliknya, jika gambarnya lurus bisa berarti dia tidak mau mengganggu orang lain dan tidak mau diganggu orang lain. Tidak suka keributan istilahnya. Begitu juga dengan coretan bebas yang membuat ekspresi seni seseorang justru ditumpahkan dengan riang oleh pelukisnya.
Hal tersebut akan mempengaruhi psikologi seseorang dan inilah yang dikatakan bisa dipakai sebagai tes perasaan seseorang. Namun dalam ilmu psikologi, sebuah gambar seperti body painting malah cenderung lebih mengarah ke seni dan tidak semudah itu, untuk menentukan kepribadian seseorang dari lukisan yang dibuat.
Hingga saat ini, dunia body painting masih menjadi kontroversi dan juga kerap menyandang predikat negative dari sebagian besar masyarakat kita. Mereka ber-anggapan dunia seni body painting sangat erat dan dekat dengan porno aksi atau pornografi.
Namun dimana letak pornografinya? Apakah karena ketelanjangan para obyek body painting inilah, yang kemudian dipandang “miring” oleh masyarakat kita karena bertentangan dengan norma dan agama?
Dunia seni memang kebanyakan hanya menampilkan “sisi keindahan”, tidak pandang bulu apakah hal tersebut termasuk kategori pornografi atau tidak. Karena tidak ada batasan bagi para pekerja seni dalam menuangkan dan menyalurkan ide – ide liar nya ke dalam sebuah bentuk karya seni. Jadi kalaupun nilai seni ini di kolaborasikan dengan nilai pornografi, hal ini masih tetap bisa ditolerir karena hal tersebut masih di tingkat kewajaran.
Written : Dimzkribs
Photo : Dimzkribs & google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar