Kegiatan
kampanye bisa dilakukan melalui segala jenis media yang digemari, apalagi jika
sedang mengkampanyekan hal positif yang masih rendah frekuensinya pada media
mainstream. Pasti sebagian orang akhir-akhir ini tidak asing dengan film
berjudul "Kita vs Korupsi" yang bercerita tentang berbagai jenis
praktek korupsi di negara ini. Film ini memang dibuat sebagai "racun
positif" perlawanan anti korupsi untuk melahirkan generasi yang bersih
dari segala praktek KKN dan telah ditayangkan di beberapa kota di Indonesia dan
beberapa tempat di Jakarta, salah satunya di Universitas Trisakti, Jakarta
Barat pada tanggal 13 Juni 2012. Acara yang diadakan di Auditorium Gedung E
lantai 8 ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan 3 orang pembicara, yaitu Ibu
Mardiani (Complience Manager Pertamina), Pandji Pragiwaksono (Provocative), dan
Agus Sarwono (Transparency International Indonesia). Pemutaran film ini sendiri
gratis dan dimeriahkan oleh Live Acoustic, Grup Paduan Suara dari
Diploma IV Ilmu Keuangan Trisakti dan acara Talk Show dengan 3 pembicara
yang didatangkan.
KPK, Transparency International,
USAID, bersama pihak-pihak lain yang terlibat dalam produksi film ini tidak
ingin sekedar membuat film ala-kadarnya meskipun film ini tidak digarap untuk
industri. Keseriusan mereka dalam proyek ini dibuktikan dengan berbagai peran
yang dimainkan oleh para aktor dan aktris papan atas Tanah Air seperti Tora
Sudiro, Ringgo Agus Rahman, Nicholas Saputra, Revalina S. Temat, dan Host
program petualangan dari salah satu TV swasta, Medina Kamil. "Kita vs
Korupsi" merupakan 4 film pendek yang dikemas dalam satu paket dengan
berbagai judul dan cerita yang berbeda. Dan disutradarai oleh 4 sutradara
berbeda, Ine Febriyanti, Chairun Nissa, Emil Heradi, dan Lasja F. Susatyo.
Film ini menceritakan beberapa
contoh praktek korupsi yang benar-benar dibuat selayaknya film. Diantaranya,
Film pertama menggambarkan potret kebobrokan seorang Kepala Desa yang pada masa
sebelum pemilihan mengobral janji layaknya calon pejabat normal lainnya, namun
dia justru mengorbankan lahan warganya demi uang dari pemilik proyek. Disamping
itu dia berselingkuh dan memanfaatkan penduduk yang mau disogok.
Pada Film kedua diceritakan mengenai
contoh korupsi atau penyogokan paling sederhana yang sering terjadi namun banyakorang
tidak menyadari bahwa hal ini termasuk perbuatan korupsi. Ada sepasang kekasih
yang ingin menikah namun terganjal persoalan administrasi, dan pegawai KUA
secara terang-terangan bisa "membantu", namun pada akhirnya terjadi
selisih paham antara kedua pasangan tersebut. Karena si pria yang diperankan
oleh Nicholas Saputra ingin pernikahannya tidak tertunda, sementara si wanita
yang diperankan oleh Revalina S. Temat tidak ingin pernikahannya tersentuh oleh
praktek kotor.
Film ketiga membawa pesan bahwa
praktek korupsi telah terjadi sejak jaman dahulu. Ber-setting sekitar tahun
1970an, film ini bercerita tentang pegawai gudang beras yang tidak mau disogok
oleh oknum pedagang beras lain yang ingin memanfaatkan gudang beras milik
pemerintah untuk kepentingannya, padahal dia sangat membutuhkan uang karena
anaknya sakit. Disamping itu dia juga sadar situasi, dimana banyak rakyat
kelaparan saat persediaan beras masih mencukupi. Dan anak dari pegawai yang
diperankan oleh Tora Sudiro ini ketika dewasa menjadi seorang wanita yang
berkarir sukses dan mempunyai jiwa yang besar, mempunyai rasa peduli yang
tinggi serta sangat membenci Korupsi.
Ada
juga cerita tentang praktek korupsi di sekolah oleh guru yang mengeruk
keuntungan dari penjualan buku pada film keempat. Tidak hanya itu, guru
tersebut juga melibatkan muridnya dalam aksinya. Disisipi dengan adegan
sehari-hari anak sekolah lainnya dan respon siswa-siswi akan ulah dari gurunya
tersebut.
Sebuah kabar bahagia dimana kampanye
anti korupsi semakin kesini semakin menunjukkan kemajuan. Tidak hanya slogan,
pidato atau cara lama lainnya, namun juga sudah mulai menyusup ke dunia
hiburan, ke dunia anak muda, bahkan dibalik pembuatan film ini juga melibatkan
pemuda-pemuda kita. Tapi semua ini tidak akan ada artinya tanpa respon estafet
dari kita bukan?
Foto: Aria Adhitya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar