MOCCA
Bagi sebagian kalangan
anak muda kelas menengah perkotaan, mungkin grup band Mocca termasuk salah satu
pilihan tipikal grup musik ideal menurut mereka. Lewat nuansa musik swing,
indie, pop, waltz, folk, jazz dan kadang bossa nova, grup band asal kota
kembang ini telah menjelma menjadi grup musik dengan sejumlah penggemar ber
ideologi musik moderat yang cukup besar. Lagu-lagu Mocca sendiri, banyak
menggunakan lirik berbahasa Inggris, dengan reputasi luar Indonesia. Tidak
heran, band yang sudah 12 tahun mewarnai industri belantika musik Indonesia
maupun mancanegara ini, sukses menelurkan lima buah album; My Diary (2003), Friends
(2005), OST Untuk Rena (2005), Colours
(2007), dan Mini Album (2010).
Namun malang tidak
dapat ditampik, pada pertengahan bulan Juli 2011 lalu band yang digawangi oleh
Arina (vocal, flute), Rico (gitar), Toma (bass), dan Indra (drum) mengumumkan
konser terakhir mereka, sekaligus menandai vakumnya Mocca untuk waktu yang tidak
ditentukan. Salah satu yang menjadi pertimbangan grup ini untuk vakum adalah
rencana sang vocalis Arina yang akan segera menikah dan menetap bersama calon
suaminya di Amerika Serikat. Konser terakhir inilah yang menjadi titik
konsentrasi dua sutradara muda Ari Rusyadi dan Nicholas Yudifar dalam pembuatan
film dokumenter Mocca yang bertajuk “Life
Keeps on Turning”.
Film dokumenter pertama
produksi Good News Film ini berhasil
membidik secara visual momen terakhir Mocca di atas panggung maupun di luar
panggung. Lain hal bila menyoal tentang “cerita” dari film dokumenter ini. Life Keeps on Turning masih lemah dalam
mengemas “cerita” yang sedang dihadapi oleh band sekelas Mocca. Kedua sutradara
ini cenderung mengabaikan respon dari fans Mocca. Sehingga tensi cerita
terkesan biasa saja, tidak naik dan turun. Kurangnya melankolia antara fans dan
Mocca pun menyebabkan ekspetasi penonton pada satu bagian penting dalam film
ini tidak terpenuhi. Namun, serpihan kegiatan dan kemasan kumpulan footage-footage video yang dirangkai
menjadi sebuah dokumenter berdurasi 80 menit ini menunjukkan, bahwa Mocca
adalah sebuah band yang karya-karyanya tidak hanya diperuntukkan bagi swinging friends (sebutan bagi penggemar
Mocca) saja, tetapi juga banyak orang.
“Saya sebenarnya tidak mengikuti perkembangan band
Mocca, namun setelah menonton film tadi, saya merasa seperti berjumpa kembali
dengan seorang sahabat yang telah lama menghilang”
Sebagai bentuk melepas
rindu kepada Mocca, Good News Film
bekerjasama dengan komunitas GALAW (GAmbar seLAW) menyelenggarakan movie screening dan poster exhibition attribute Mocca yang digelar di
Institute Francais Indonesia (IFI),
Jakarta, pada tanggal 25-30 Juni kemarin. Selama hampir satu minggu, salah satu
ruang galeri Institute Francais Indonesia memajang dan menjual poster-poster
maupun postcard band Mocca, hasil
buah karya dari teman-teman GALAW.
Sejumlah merchandise
berupa postcard
karya komunitas GAmbar selAW
Selain di Jakarta, pemutaran
film dokumenter Mocca: Life Keeps on
Turning rencananya juga akan diputar di berbagai kota seperti Bandung,
Yogyakarta, Semarang dan Malang. Negeri tetangga Singapura pun tak luput
menjadi salah satu negara yang akan disinggahi film dokumenter ini pada bulan
Juli nanti.
Foto: Aldo Nugraha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar