Senin, 21 November 2011

PAMERAN LUKISAN DWI TUNGGAL Mas Padhik & Budi Karmanto DR


PAMERAN LUKISAN DWI TUNGGAL
Mas Padhik
Budi Karmanto DR


Manusia pada hakekatnya, adalah mahluk yang dwi tunggal. Namun secara kodrat, manusia mempunyai kemampuan sebagai diri sendiri yang pada akhirnya manusia menjadi mahluk yang individual. Tetapi pada saat bersamaan, pemenuhan berbagai macam tuntutan manusia sebagai individu, menyebabkan berpadunya dan bekerjasamanya manusia – manusia individual itu kedalam suatu komunitas sosial. Hal inilah yang mendorong Mas Padhik dan Budi Karmanto DR, dua orang perupa kita dari Jakarta yang berupaya dalam rangka menciptakan sebuah karya  dan sosialisasinya dalam suatu mediasi, yakni “pameran”. Dua orang perupa ini, sedang mem – branding pameran yang mereka jalani dengan kata dwi tunggal, “dua tetapi menyatu”.




Dwi tunggal, bila dieja etimologinya terdiri dari kata dwi yang berarti dua dan tunggal bermakna satu. Atau bisa juga untuk mengingatkan kepada sebuah identitas seni : ART 21.
Art 21 ini pada akhirnya, memberikan ruang branding bagi para pelaku penciptaan karya seni, yang terjaring di dalamnya.

Pameran lukisan dwi tunggal Mas Padhik dan Budi Karmanto DR, yang diadakan pada tanggal 4 – 14 November 2011 dan digelar di Galeri Cipta III, Taman Ismail Mazuki, Jakarta ini di buka oleh seorang artis, aktivis dan entrepreneur, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo.



 (sumber foto: tabloidbintang.com)

Wanita yang akrab di panggil Sara ini, merupakan salah satu penggemar lukisan karya – karya Mas Padhik dan Budi Karmanto DR. "Keluarga saya memang punya beberapa (lukisan keduanya) dan saya juga orang yang menggemari karya-karya mereka”. Sara menambahkan, dirinya dibesarkan dalam keluarga yang sangat mencintai seni dan sejarah.
"Sampai  sekarang dan mudah-mudahan jangan diberhentikan, karena orang bisa menyalurkan aspirasinya semua ke dalam karya seni," papar puteri pengusaha Hashim Djojohadikusumo ini. 
(dikutip dari tabloidbintang.com).

Mas Padhik








 Salah satu pelukis yang terlihat sangat nyentrik pada pergelaran pameran Dwi Tunggal ini adalah mas Padhik. Sosoknya yang sangat bersahaja namun cenderung pendiam ini, mempunyai pemikiran yang sarat dengan kritik sosial serta selalu update dengan keadaan yang sedang terjadi. Sebagai lulusan FSRD Seni patung ISI Yogjakarta, tidak heran banyak karya lukisannya yang terpengaruh oleh gaya relief batu. Sebuah pemikiran dan perasaan hati yang sangat unik dan jenius bagi seorang pelukis. Kejelian dalam memperhitungkan anatomi dan tekstur dalam teknik adalah sumbangan terbesar dari “darah pematung” ini yang mampu dituangkan dalam kanvas tanpa sedikitpun kehilangan rohnya.

















Pesan visual mas Padhik dipatut secara realistis, trampil dan terkait dengan ranah hukum, pendidikan maupun trasendensi politik.

“Tetap aktual menyambung masa lalu dan sekarang”, jelas mas Padhik.



Budi Karmanto











\


Perjumpaan pertama saya dengan salah satu perupa mas Budi Karmanto telah membuahkan sebuah perbincangan hangat yang sangat jujur dalam mengungkap berbagai perilaku sosial yang muncul dalam kehidupan ini. Beliau mengatakan baik perilaku dirinya sebagai individu dengan koneksitasnya terhadap masyarakat sekitar dan berbagai objek eksternalnya telah mengundang kegelisahannya untuk memperoleh “tanggapan” dari lingkungan sekitarnya. Melalui pameran Dwi Tunggal ini beliau ingin menyampaikan aspirasinya kepada masyarakat luas melalui lukisannya.
Awal mulanya seorang mas Budi Karmanto terjun didunia seni lukis ini adalah saat musim hujan berlangsung. Seperti seniman pada umumnya yang sedang kehabisan kreasi, yang ia lakukan hanya menyisipkan tembakau kedalam bibir dan menyalakan teman setianya itu. Menghisapnya dengan harapan mendapat ketenangan dan ide. Seketika terdengar bunyi “kodok”. Karena pertemuannya dengan seekor kodok yang tidak disengaja, mas Budi Karmanto akhirnya melakukan riset terhadap karakteristik kodok, yang kemudian diyakini sebagai sumber utama visual karya lukisannya. Sehingga banyak karya lukisannya yang bertemakan kodok berhasil memberikan status mas Budi Karmanto sebagai seorang seniman dan guru di sekolah formal untuk mengajar kesenian, serta sekolah Internasional Bandhi School di Jakarta.













 Seperti yang diutarakan oleh mas Budi Karmanto tentang konsep seninya :

“Dalam berkarya, saya selalu dekat dengan alam yang membimbing saya secara nyata. Seni lukis saya juga melukiskan kembali sejarah suasana hati, kebahagiaan atau ketidak bahagiaannya yang saya pindahkan kedalam imajinasi dan fantasi yang tak pernah berakhir. Berasal dari pengalaman dan renungan yang dalam. Kejujuran saya adalah jembatan penyebrangan. Perbuatan  dan keberanian saya adalan jalan menuju titik suatu perbuatan untuk mencapai keberhasilan”.


Written by Dimzkribs
Photo by Dimzkribs & tabloidbintang.com


1 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More