Jumat, 06 Juli 2012

Life Keeps on Turning

Oleh: Dimaz Nugraha



MOCCA

Bagi sebagian kalangan anak muda kelas menengah perkotaan, mungkin grup band Mocca termasuk salah satu pilihan tipikal grup musik ideal menurut mereka. Lewat nuansa musik swing, indie, pop, waltz, folk, jazz dan kadang bossa nova, grup band asal kota kembang ini telah menjelma menjadi grup musik dengan sejumlah penggemar ber ideologi musik moderat yang cukup besar. Lagu-lagu Mocca sendiri, banyak menggunakan lirik berbahasa Inggris, dengan reputasi luar Indonesia. Tidak heran, band yang sudah 12 tahun mewarnai industri belantika musik Indonesia maupun mancanegara ini, sukses menelurkan lima buah album; My Diary (2003), Friends (2005), OST Untuk Rena (2005), Colours (2007), dan Mini Album (2010).

Namun malang tidak dapat ditampik, pada pertengahan bulan Juli 2011 lalu band yang digawangi oleh Arina (vocal, flute), Rico (gitar), Toma (bass), dan Indra (drum) mengumumkan konser terakhir mereka, sekaligus menandai vakumnya Mocca untuk waktu yang tidak ditentukan. Salah satu yang menjadi pertimbangan grup ini untuk vakum adalah rencana sang vocalis Arina yang akan segera menikah dan menetap bersama calon suaminya di Amerika Serikat. Konser terakhir inilah yang menjadi titik konsentrasi dua sutradara muda Ari Rusyadi dan Nicholas Yudifar dalam pembuatan film dokumenter Mocca yang bertajuk “Life Keeps on Turning”.

Film dokumenter pertama produksi Good News Film ini berhasil membidik secara visual momen terakhir Mocca di atas panggung maupun di luar panggung. Lain hal bila menyoal tentang “cerita” dari film dokumenter ini. Life Keeps on Turning masih lemah dalam mengemas “cerita” yang sedang dihadapi oleh band sekelas Mocca. Kedua sutradara ini cenderung mengabaikan respon dari fans Mocca. Sehingga tensi cerita terkesan biasa saja, tidak naik dan turun. Kurangnya melankolia antara fans dan Mocca pun menyebabkan ekspetasi penonton pada satu bagian penting dalam film ini tidak terpenuhi. Namun, serpihan kegiatan dan kemasan kumpulan footage-footage video yang dirangkai menjadi sebuah dokumenter berdurasi 80 menit ini menunjukkan, bahwa Mocca adalah sebuah band yang karya-karyanya tidak hanya diperuntukkan bagi swinging friends (sebutan bagi penggemar Mocca) saja, tetapi juga banyak orang.

“Saya sebenarnya tidak mengikuti perkembangan band Mocca, namun setelah menonton film tadi, saya merasa seperti berjumpa kembali dengan seorang sahabat yang telah lama menghilang”

Sebagai bentuk melepas rindu kepada Mocca, Good News Film bekerjasama dengan komunitas GALAW (GAmbar seLAW) menyelenggarakan movie screening dan poster exhibition attribute Mocca yang digelar di Institute Francais Indonesia (IFI), Jakarta, pada tanggal 25-30 Juni kemarin. Selama hampir satu minggu, salah satu ruang galeri Institute Francais Indonesia memajang dan menjual poster-poster maupun postcard band Mocca, hasil buah karya dari teman-teman GALAW.

Sejumlah merchandise berupa  postcard karya komunitas GAmbar selAW   

Selain di Jakarta, pemutaran film dokumenter Mocca: Life Keeps on Turning rencananya juga akan diputar di berbagai kota seperti Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Malang. Negeri tetangga Singapura pun tak luput menjadi salah satu negara yang akan disinggahi film dokumenter ini pada bulan Juli nanti.

Foto: Aldo Nugraha


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More